PLAK!
Sungkyung, Soohyuk, dan Seokjin terkejut kala Boyoung menampar keras pipi Yoongi. Malam ini Yoongi menggegerkan acara makan malam keluarga dengan membawa Joan ke rumah.
"Apa Ibu tidak salah dengar, Yoongi?" Yoongi mengusap pipinya yang perih. Ini kali pertama Boyoung menampar wajahnya, sementara Joan yang berdiri di belakang Yoongi sudah menangis. "Kau akan menceraikan Taehyung?"
"Bu, Joan hamil anakku dan aku bertanggungjawab untuknya."
"Lalu Taehyung? Taehyung bagaimana, Yoongi?" Boyoung mulai menangis. "Ibu pikir selama ini kalian baik-baik saja. Kalian terlihat semakin harmonis akhir-akhir ini. Apa itu semua juga bohong?"
"Bu, aku dan Taehyung hanya berteman. Kami sudah berjanji, bahwa tidak akan ada perasaan untuk satu sama lain," ucap Yoongi mulai gusar.
"Teman, tapi kalian melakukan seks? Teman, tapi kalian berciuman, berpelukan, bahkan tidur dalam satu ranjang yang sama? Kau yakin?" sindir Sungkyung yang membuat Joan terkejut. "Hanya karena Joan hamil bukan berarti kau harus menceraikan Taehyung dan menikahi laki-laki ini, 'kan?" tunjuk Sungkyung dengan dagunya.
"Noona, kumohon berhenti memanas-manasi keadaan!" Sungkyung mendengus sementara Yoongi menatap Boyoung kembali dan mengambil tangannya. "Bu, kumohon. Aku tidak ingin anak itu terlantar. Bayi itu juga cucu Ibu."
Suara langkah kaki dari arah depan membuat berpasang-pasang mata itu kini menoleh. Hyungsik dan Seojoon datang berkunjung dengan wajah yang tidak bersahabat, di belakangnya ada Taehyung yang berjalan mengikuti.
"Hyungsik, Seojoon," sapa Seokjin ramah.
Hyungsik mendengus. "Aku datang kemari bukan untuk beramah-tamah," kata Hyungsik dan menatap Yoongi tajam. Ada amarah pada tatapan itu dan Yoongi sudah bersiap atas segala hal yang ia mulai. Seojoon kemudian duduk bersebrangan dengan Seokjin diikuti oleh Hyungsik di sampingnya disusul dengan Taehyung.
"Kami datang untuk membatalkan pernikahan," ucap Seojoon yang membuat mereka terkejut bukan main.
"Seojoon, apa maksudmu? Membatalkan pernikahan?" tanya Seokjin. "Apa ini juga sudah menjadi kesepakatan kalian?" Hyungsik menghela napas kemudian menatap Joan dan Yoongi.
"Kami kemari untuk menyelesaikan semuanya secara damai. Taehyung sudah berbicara kepada kami, semuanya tanpa terkecuali. Yoongi juga tidak mungkin meninggalkan Joan dan bayi yang di kandungnya, 'kan?" Sejujurnya Hyungsik merasa marah dan kesal, tetapi semua ini demi Taehyung yang tidak ingin menjadikan hal seperti semakin dibesar-besarkan. Hyungsik mencoba mengalah untuk kali ini saja.
"Ini tidak masuk akal! Apa kau gila, Sik-ah?" Boyoung melangkah dan duduk di sebelah Taehyung yang sejak tadi diam. "Apa kau yakin dengan keputusanmu, Nak?" Boyoung menatap Taehyung. Tatapan mata itu sarat akan kesedihan dan keputusasaan. Berharap sedikit saja ada keajaiban dan Taehyung merubah keputusannya.
Yoongi menatap Taehyung dan dibalas tatapan itu penuh keyakinan juga anggukan kepala mantap. "Iya, Bu. Maafkan Taehyung, ya? Kami menikah tidak ada cinta dan mungkin semua memang harus kembali ke tempatnya." Taehyung tersenyum teduh ke arah Boyoung yang kini meneteskan air mata. Rasanya perih melihat semua ini terjadi, tetapi Taehyung sudah yakin untuk mengakhiri semuanya. Ia hanya ingin menjaga perasaannya agar tidak lebih jauh lagi terluka dan sakit hati.
Ia hanya ingin menyelamatkan dirinya juga bayi yang ada dalam kandungannya. Menjauh dari segala bentuk kecewa dan lara.
"Ibu tidak bisa menerima semua ini. Dosa apa yang kuperbuat dahulu hingga harus menerima karma seberat ini?" Boyoung menangis dan Seokjin langsung membawanya ke dalam pelukan. "Apa salahku?"
"Tidak, Boyoung-ah. Kau tidak salah. Sudah takdirnya seperti ini."
Taehyung menahan tangisnya. Hyungsik menggenggam erat jemari putranya sembari memberi senyuman hangat.
•••
"Kau yakin, Sayang?" tanya Hyungsik begitu mobil mereka berjalan keluar dari kediaman keluarga Min. "Aku tahu kau mengambil keputusan ini tidak berpikir dengan matang."
"Ayah ... aku sangat sangat yakin. Aku akan membesarkan anak ini. Hanya ini satu-satunya yang kupunya. Orang lain tak perlu tahu."
"Papa akan mengatur pekerjaanmu ke China selama kehamilanmu. Kebetulan proyek yang kau tangani dengan tuan Wang sudah mulai berjalan. Kau bisa membuang waktu di sana. Anggap saja kau liburan."
Taehyung terkekeh lalu mengapit lengan Seojoon sebelah kiri dan lengan Hyungsik di sebelah kanan.
"Aku beruntung memiliki kalian. Dan calon bayi ini pun juga sangat beruntung karena memiliki grandpa dan kakek yang menyayanginya, bahkan sebelum lahir. Terima kasih," ucap Taehyung haru. Hyungsik dan Seojoon melempar tatap.
"Iya, Tae-bear. Kami juga menyayangimu."
Sesampainya di kamar, Taehyung menangis sepuas-puasnya. Berpura-pura bahagia itu melelahkan. Namun hanya ini yang dapat ia lakukan, mungkin akan butuh waktu sedikit lebih lama untuk Taehyung kembali menata hatinya.
"Bukan untuk dicintai, tetapi untuk mencintai. Satu-satunya yang Yoongi tinggalkan untuk dirinya. Darah dagingnya sendiri." Taehyung sesenggukan sembari mengusap perutnya.
"Kata dokter tidak boleh stres. Jadi aku harus kuat. Nak, cuma kamu yang Papi punya. Ayo, kita kembali semangat, ya! Kita pasti bisa," ucap Taehyung memberi semangat dirinya sendiri.
Ia harus menjadi lebih kuat dan tegar. Ia tidak boleh terlihat lemah. Ia bertekad akan membesarkan bayi ini penuh kasih meski tanpa Yoongi di sisinya kini.
"What?" Hoseok dan Jimin berseru heboh kala ketiganya makan siang bersama di salah satu resto dekat Gangnam. "Kau akan pindah ke China?"
"Iya, Seok. Kau sudah bertanya hampir sepuluh kali," jawab Taehyung mendengus. "Dan mungkin dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun," sambungnya lagi. Memberitahu kepada kedua sahabatnya bahwa mungkin dalam waktu yang tidak sebentar itu Taehyung tidak akan tinggal di Korea melainkan di belahan negara lain. Sembari membesarkan calon bayinya.
"Tapi kenapa tiba-tiba?" tanya Jimin sedih. "Kau bahkan bilang kau akan bercerai dengan Yoongi. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini." Jimin terisak. Kesedihan tergambar jelas di wajah keduanya. Hoseok mengusap bahu Jimin sembari menatap Taehyung dengan sedih.
"Suatu hari nanti aku akan menceritakan segalanya, setelah aku siap. Jadi tolong tunggu aku sebentar, setelah itu kalian adalah orang pertama yang akan kuberitahu kebenarannya di bandingkan siapa pun. Kalian mau, 'kan, menungguku?"
Jimin dan Hoseok mengangguk. Mungkin keduanya masih kebingungan saat ini, tetapi Taehyung sudah berjanji dan mereka tahu sahabatnya bukanlah orang yang mudah ingkar.
"Kami akan dengan sabar menunggumu, Tae."

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
Fiksi PenggemarKadang-kadang bahkan air mata tidak bisa mengungkapkan rasa sakit sebanyak itu, sebanyak senyum yang disembunyikan. • Yoontae / supv • Boys Love • Mpreg • Crack Pair • Original Character / OC [Update setiap hari, pukul 19.00 WIB]