#31

252 39 15
                                    


Dalam hidup ini Yoongi tidak pernah merasakan semendebarkan seperti saat ini. Tepat dua jam yang lalu ia menerima pesan dari nomor baru yang tidak ia kenal. Begitu pesan itu ia baca, kedua bola matanya melebar dan jantungnya berdebar begitu cepat saat rentetan pesan itu terbaca oleh matanya dan diproses oleh otaknya.

Pesan dari Taehyung yang mengajaknya untuk bertemu di restoran yang sama saat keduanya dulu bertemu pertama kali. Entah apa yang akan dibicarakan oleh Taehyung yang jelas kini Yoongi tidak bisa diam.

"Relaxe, Yoongi." Namjoon terkekeh melihat sahabatnya itu mondar-mandir karena gugup. Namjoon datang atas permintaan Yoongi yang menyuruhnya untuk makan siang bersama di dekat kantor.

"Aku tahu ini tidak masuk akal. Bagaimana mungkin mantan suamiku—maksudku Taehyung tiba-tiba memberi kabar dan ingin bertemu." Tangan Yoongi terangkat. Menyuruh Namjoon untuk tidak menyelanya lebih dulu. "Jelas, ia tidak mungkin mengajakku balikan, kan? Karena ia masih punya suami." Namjoon mengangguk setuju. "Jadi, alasan apa yang tepat Taehyung meminta untuk bertemu?"

"Mungkin menunggu permintaan maafmu?" tanya Namjoon balik. Yoongi mengangguk benar. Sepertinya itu adalah alasan yang paling mungkin.

"Huh, aku sudah siap, tetapi entah kenapa jantungku sejak tadi terus saja berdebar-debar." Namjoon terkekeh melihatnya. Hanya karena sebuah pesan—satu pesan saja dari Taehyung sudah menggulingkan dunia Yoongi yang penuh abu-abu.

Taehyung meremat genggaman tangan Yibo. Jujur ia gugup karena harus bertemu kembali dengan Yoongi. Seseorang yang pernah ada di masa lalunya, juga seseorang yang menjadi ayah kandung dari Yi-yoon, putranya.

"Kau gugup?" tanya Yibo dengan senyum lembut di wajahnya. Taehyung menoleh, menghela napas kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Yibo, sedangkan Yi-yoon asyik bermain dengan mainan favoritnya dipangkuan Taehyung.

"Jujur, iya. Aku gugup sekali. Aku hanya bingung bagaimana memulainya nanti," ucap Taehyung sembari memainkan jemari Yi-yoon.

"Katakan saja semuanya. Kau ingin menyelesaikan masa lalumu dengan Yoongi, makanya kau ingin mengatakan semua kejujuran termasuk tentang Yi-yoon, 'kan?" Taehyung mengangguk dan mendongak ke arah Yibo, kemudian memberi kecupan singkat di bibir suaminya itu.

"Aku tahu. Terima kasih sudah mau mengantar kami ke sana," ujar Taehyung tersenyum. Yibo mendengus dan memberi pelukan hangat untuk Taehyung juga ciuman kupu-kupu di pucuk kepala Yi-yoon.

...

Taehyung menunggu kedatangan Yoongi di bangku resto yang sama saat keduanya bertemu dulu. Sementara Yibo dan Yi-yoon menunggu di dalam mobil. Taehyung menatap ke luar jendela kala ia melihat sebuah mobil merapat masuk ke dalam parkiran dan sosok Yoongi turun dari dalam mobil.

Yoongi menghela napasnya, sebelum memutuskan masuk ke dalam resto. Ia menelisik area dan menemukan Taehyung yang memunggunginya duduk di bangku dekat jendela.

Yoongi berdeham dan Taehyung menoleh. Taehyung melempar senyum sembari matanya mengikuti pergerakan Yoongi.

"Hyung," sapa Taehyung. Yoongi bergumam dan membalas sapaan Taehyung dengan senyum lembut di wajahnya. Tidak ada yang berubah, Yoongi tetaplah Yoongi yang Taehyung kenal dua tahun lalu. Masih tetap tampan—bahkan semakin tampan. "Apa kabar, Hyung."

"Aku baik. Kau bagaimana?"

Taehyung mengangguk. "Seperti yang Hyung lihat. Aku baik, sangat baik." Yoongi menghela napas dan tersenyum lebar.

"Syukurlah. Aku lega mendengarnya."

Hening beberapa saat, sebelum Taehyung kembali berkata. "Hyung, aku mendengar soal Joan dan bayi kalian. Aku turut berduka cita," ucap Taehyung hati-hati. "Aku baru tahu saat Jimin dan Hoseok datang ke pesta pernikahan kami dan memberitahu soal keadaanmu."

"Terima kasih, Taehyung." Yoongi menatap Taehyung yang sungkan di hadapannya. "Aku sudah merasa baik sekarang ini. Kau tidak perlu sungkan." Yoongi terkekeh. "Aku juga mendengar kau sudah menikah. Selamat atas pernikahanmu, Kim Taehyung."

Taehyung tersenyum penuh kelegaan. "Terima kasih, Hyung."

"Aku juga masih memiliki sebuah permintaan maaf untukmu. Aku benar-benar menyesalinya. Aku minta maaf karena terlalu egois waktu itu tanpa memikirkan keadaanmu. Aku minta maaf."

Taehyung menggeleng. "Tidak apa-apa, Hyung. Aku cukup mengerti dengan keadaanmu walau saat itu aku juga mengalami kesulitan."

Yoongi merasa bersalah. "Maaf, Taehyung."

"Sudah ku maafkan, Hyung. Jadi sekarang kita impas," ucap Taehyung yang membuat Yoongi terkekeh.

"Kau tidak bersama suamimu?" Taehyung menaruh es cokelat ke atas meja, kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Yibo.

"Aku bersamanya, kok. Hyung, ada seseorang yang ingin kukenalkan padamu." Yoongi memandangnya penasaran. "Bukan suamiku, tetapi satu orang yang lain."

Yibo datang dengan Yi-yoon digendongannya. Bayi berumur dua tahun itu menatap Yoongi dengan matanya yang bulat dan tersenyum dengan giginya yang baru tumbuh dua buah.

"Anak kalian?" tanya Yoongi bingung. Taehyung tersenyum dan mengambil Yi-yoon dalam gendongan Yibo.

Yibo mengulurkan tangannya dan Yoongi membalas uluran tangannya. "Wang Yibo, suami Taehyung."

"Min Yoongi."

Taehyung tersenyum dan menunduk ke arah Yi-yoon yang menatapi Yoongi penasaran. Sebab ini pertama kalinya ia melihat orang baru selain anggota keluarganya.

"Yoon-ah, ayo, beri salam pada Appa Yoongi," kata Taehyung yang membuat kedua bola mata Yoongi melebar. Kedua tangannya gemetar. Yi-yoon mengoceh dan bertepuk tangan riang.

"Tae, maksudmu ... bayi ini—"

Taehyung tersenyum teduh menatap Yoongi yang kini berkaca-kaca.

"Kim Yi-yoon. Anak kita, Hyung."

Yoongi langsung menangis begitu mendengar bahwa Yi-yoon adalah putranya. Taehyung menceritakan semuanya tanpa ditutup-tutupi lagi.

"Maaf, maafkan Appa, Nak. Maaf."

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang