#9

304 41 30
                                    


BRAKK!!


Sungkyung yang tengah sibuk di dalam ruang kantornya terkejut dengan kedatangan Yoongi secara tiba-tiba dan berlaku tidak sopan.

"Di mana kesopananmu, Min Yoongi?" seru Sungkyung dengan mendengus kesal. Ia bisa melihat bagaimana wajah adiknya itu diliputi amarah.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan pada Joan?" tanya Yoongi tidak peduli atas tata kramanya yang buruk pada sang kakak.

"Maksudmu?"

"Jangan pura-pura bodoh! Orang terakhir yang bertemu dengannya hanya kau, sebelum Joan menghilang."

Sungkyung mendecak, tatapannya menjadi tajam. "Kau  menuduhku?"

Yoongi menggeram. "Semua bukti CCTV yang kulihat memang kau pelakunya! Pagi itu aku mengantarnya pulang dan kemudian kau datang. Kalian membicarakan apa? Jawab!" Sungkyung melihat bagaimana adiknya terlihat begitu frustasi saat ini. "Kau menginginkan harta ayah? Akan kuberikan! Tapi, tolong, Noona ... tolong beritahu aku di mana Joan."

Sungkyung mengepalkan tangannya dan melepaskan amarahnya pada gebrakan meja. Ia tidak peduli tangannya terasa nyeri dan kemerahan. "Yoongi! Jaga bicaramu! Apa kau sudah gila?" teriak Sungkyung marah. "Kau pikir aku ini apa? Harta? Tanpa harta ayah pun, suamiku sudah mampu menghidupi diriku dan Yujin. Untuk apa kau bertindak kurang ajar di sini hanya karena pemuda tidak tahu diri itu meninggalkanmu!"

"Lee Sungkyung!"

"Wae!" seru Sungkyung. "Bertindaklah secara rasional, Yoongi. Kau pun juga sudah menikah untuk apa kau mencari pemuda itu lagi? Lupakan saja dia," imbuh Sungkyung.

Yoongi menggeram dan membuang wajah. Amarahnya tidak padam, justru semakin meluap-luap. 

Melupakan? Bagaimana bisa?

"Lupakan? Memang kaupikir perasaanku ini barang yang rusak lalu bisa diganti dengan yang baru?" Sungkyung tercekat. Yoongi menatap Sungkyung dengan putus asa, sebelum berbalik pergi.

Helaan napas keluar dari mulutnya dan memandang sedih pintu ruangannya, setelah Yoongi pergi.

Begitu tubuh Yoongi masuk ke dalam lift, seseorang dari balik dinding muncul setelah sejak tadi bersembunyi.


•••


Brak! Brak! Brak!


"Ya! Jungkook-ssi! Ini sudah sebulan kau menunggak uang sewa! Jungkook-ssi! Aihh, ia sebenarnya pergi atau pura-pura mati," gerutu pemilik rumah, setelah menyerah menggedor pintu gerbang rumah Jungkook. Sementara Jungkook bersembunyi di balik pagar rumahnya.

"Fyuhhh ..." Jungkook berdiri sembari menghela napas. Dirinya memang telat sebulan membayar uang sewa, namun bukan berarti ia tidak ingin membayarnya. Hanya saja uang gajinya yang ia dapatkan dari Jung Hoseok, ia pakai untuk keperluan panti asuhan yang pada saat itu memang sedang membutuhkan uang. Jungkook memang tidak harus bertanggungjawab pada panti itu, namun ia merasa ia harus membantu ibu panti karena selama masa remajanya Jungkook tinggal dan makan di sana. Mungkin inilah cara yang pantas untuk Jungkook membalas budi atas panti asuhan yang ikut membesarkannya.

Jungkook mengusak rambutnya. "Harusnya kemarin aku juga meminta Hoseok hyung membayarkan uang sewa bulananku, ya. Ah, tidak, tidak. Itu tidak benar."

Saat Jungkook keluar dari gang rumahnya sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya. Begitu kaca mobil diturunkan ia bisa melihat Hoseok tersenyum lebar ke arahnya.

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang