"Gue kenapa?"
Cikal tersenyum tipis, tangan hangatnya mengelus tangan lemah Shaluna yang baru saja terbangun setelah tidur semalaman penuh.
"Gapapa. Lo kecapekan."
Shaluna membuka nebulizer yang membantu pernafasannya, kemudian berusaha untuk duduk dan bersandar pada headboard ranjang rumah sakit.
"Gue perasaan gak capek-capek amat. Gue lagi belajar kemarin."
"Lo emang gak ngerasa, tapi tubuh lo yang ngerasa." tangannya mencolek gemas hidung sang adik. Tangannya kembali memasang nebulizer kepada sang adik. "Dipakai lagi, jangan dulu dilepas. Nanti sesak."
Dalam hati, Cikal khawatir. Ia takut adiknya tahu perihal apa yang selama ini Cikal dan orangtuanya rahasiakan. Perihal sesuatu yang selalu Cikal cemaskan di setiap detik hidupnya. Perihal apa yang telah membuat Shaluna selalu berakhir tidur di rumah sakit sejak gadis itu masih kecil.
Perihal kesehatan Shaluna.
Shaluna memang terlahir sebagai anak yang mengidap Tetralogi Fallot atau TOF yang tak lain adalah kelainan jantung bawaan lahir. Kondisi dimana jantung mengalami empat masalah sekaligus yang menjadikan pengidapnya tidak bisa menjalani kegiatan yang terlalu berat karena akan berisiko nantinya.
Saat masih bayi dulu, Shaluna pernah menjalani operasi untuk penyakitnya. Namun itu tak membuat Shaluna bisa bebas dan tumbuh tanpa kekhawatiran karena penyakit tersebut bisa kambuh kapan saja.
Sampai saat ini, Shaluna tidak tahu bahwa ia mengidap penyakit itu. Kedua orangtuanya, termasuk Cikal sepakat untuk tidak memberitahu terkait kondisi gadis itu. Shaluna masih terlalu muda untuk hidup dalam bayang-bayang penyakitnya.
Bahkan sekarang pun, yang ia tahu hanyalah sistem imunitas tubuhnya yang sangat rendah. Makanya sejak kecil ia sangat mudah terkena penyakit dan bolak-balik rumah sakit.
"Kal?" Shaluna berkali-kali melambaikan tangannya tepat didepan wajah Cikal. "Cikal?'
"Eh?" Cikal tersadar. Laki-laki itu menatap adiknya dengan hangat. "Kenapa? butuh sesuatu? lapar? atau pusing? kenapa?"
"Lo yang kenapa. Dipanggil dari tadi malah bengong."
Cikal tersenyum, mengusak kepala gadis SMP itu dengan gemas. "Gemes banget adek gue kalau lagi sakit."
"Lo gak sekolah?" Shaluna melirik jam dinding, jarumnya menunjuk tepat pukul tujuh tapi Cikal masih berada disini bahkan tanpa seragam sekolahnya.
"Gue disini aja gimana?"
"Dih? ngapain? sekolah sana!"
"Jagain lo lah? gue kan security seumur hidup lo."
"Berisik." Shaluna melepas genggaman tangan Cikal dengan paksa. "Sana ah sekolah, gue disini juga ada ibu."
"Ibu mah disini kerja, bukan jagain lo."
"Yakan masih di rumah sakit yang sama, gimana sih?! pergi atau gue timpuk lo sekarang?!"
"Lima menit lagi deh."
"Gak ada lima menit lima menit, cepetan Cikal."
"Lo gak mau peluk-peluk gue dulu gitu?"
"Najis. Sana ah cepet! lama-lama gue panggil security beneran buat ngusir lo, mau?!"
.
.Cikal menyalakan mesin motornya dan langsung melaju secepat angin melewati kendaraan lain di jalanan kota Bandung yang mulai padat. Angin rabu pagi menerpa sebagian wajahnya dari balik helm dengan sangat lembut, membuat Cikal tersenyum karena suasana paginya cukup cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction"Hidup bukan cuma tentang adek lo. Hidup lo, ya lo sendiri pemeran utamanya Kal." "Nggak bisa. Kata Ayah sama Ibun gue harus selalu ngutamain adek gue kalau mau jadi kakak yang baik." "Kal, nyerah ya?" . . . ©® kfor54, ay. best rank : • 1 in #haecha...