14. Tentang Dua Rumah

96 10 1
                                    

Cikal langsung merebahkan tubuh lelahnya diatas kasur usai mandi. Mengistirahatkan otot-ototnya yang sakit tanpa memedulikan air yang masih menetes dari rambutnya. Si Sulung kini sudah terlalu lelah untuk melakukan apapun. Bahkan untuk turun dan mengambil air aja, rasanya sangat lelah.

Setelah dirasa sudah mendapatkan posisi yang nyaman, cowok itu meraih ponselnya dari atas meja. Mencabutnya dari sambungan kabel charger.

"Kay lagi apa ya?"

Seperti terkoneksi, baru satu detik Cikal memikirkan Kay, gadis itu ternyata meneleponnya. Membuat kedua ujung bibir Cikal terangkat naik saking senangnya. Lantas diangkatnya telepon dari Si Gadis.

"Kal, kam- eh? kok lebam begitu wajahnya?" Kay tampak khawatir ketika melihat luka di wajah Cikal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kal, kam- eh? kok lebam begitu wajahnya?" Kay tampak khawatir ketika melihat luka di wajah Cikal. Gadis itu bahkan sampai mendekatkan wajahnya pada kamera demi melihat lebih detail luka Cikal.

Si Sulung jelas tertawa. Gemas dengan tingkah laku gadisnya. "Aku gak apa-apa. Itu muka kamu jangan kedeketan sama kamera, masa aku vidcall liat jidat kamu doang?"

Kay merajuk. Gadis itu akhirnya memposisikan ulang kameranya dengan jarak normal. "Kamu berantem sama siapa itu? cari masalah ya pasti?"

"Nggak." jawab Cikal apa adanya.

Yang diseberang sana menggeleng. "Kalau nggak kenapa bisa bonyok gitu? kenapa? siapa yang berantem sama kamu?"

"Aku gak berantem, Kay."

"Terus apa? itu kamu luka loh, Cikal."

Tampaknya Kay memang sedang tidak bermain-main. Gadisnya itu benar-benar marah, terdengar dari nada bicaranya kepada Cikal yang serius dan penuh kekhawatiran.

Lalu bagaimana ini? apa Cikal harus menceritakan kejadian tadi sore pada Kay? Cikal tidak ingin sampai membuat gadis itu khawatir dengan ceritanya, tapi ia juga tidak bisa diam berlama-lama karena lambat laun Kay pasti akan benar-benar merajuk padanya.

"Aku diserang."

"HAH?" Kay membelalakkan matanya. Gadis itu jelas tahu resiko menjadi pacar seorang anak geng motor seperti Cikal. Cowoknya akan selalu punya potensi untuk terluka seperti ini. "Kok bisa? diserang siapa?"

"Ada, lah. Kamu gak perlu tau."

"Ih kenapa?"

"Ya gak apa-apa. Lagian ini kan nggak ad hubungannya sama kamu, aku gak mau bawa-bawa masalah ini ke hubungan kita. Nanti kamu gak nyaman."

Kay melipat bibirnya. Menatap cowok berkaos hitam yang tak lain adalah Cikal. "Tapi serius ya, kamu gak apa-apa?"

"Iya serius sayang." Cikal tersenyum gemas. "Kamu udah makan belum? awas gak makan lagi kayak tadi siang. Nanti maag kamu kambuh loh, Kay."

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang