18. Gangster juga Suka Gosip

121 12 0
                                    

"Gimana? lo udah kasih tau ibu lo soal keadaan Cikal?"

Shaluna menunduk lesu, bibirnya terlalu kaku untuk menjawab pertanyaan dari Nathan. Bahkan untuk menatap saja, Shaluna tak berani. Hal itu jelas membuat Nathan mengerutkan kening, laki-laki itu menaruh kembali segelas air ditangannya ke atas meja pantry, kemudian mendekat dan mendekap kedua bahu Shaluna.

"Ada apa? hei?"

Si gadis menggeleng, wajahnya mendadak pucat bukan main. Percakapannya dengan sang ibu di kamar tadi cukup membuatnya terguncang. Sampai-sampai ia tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang.

Dari pintu muncul dua lelaki jangkung yang baru tiba usai membeli obat penurun demam untuk Cikal. Nathan lantas memberi kode kepada Nakula untuk membawa serta alat kompres dan air minum yang tadi telah ia siapkan.

"Lo urus Cikal, gue disini." bisik Nathan, diangguki oleh Nakula. Lagipula Nakula masih emosi kepada adiknya Cikal, jadi dia juga tidak mau berlama-lama ada disini.

Lantas Si Jangkung dengan cepat berlari kecil kearah tangga, menyusul Rajendra yang sudah lebih dahulu naik ke atas meninggalkannya. Menyisakan Nathan dan Shaluna yang tinggal berdua di ruang keluarga.

Nathan memapah si gadis untuk duduk di sofa. Mengusap punggung gadis itu dengan lembut, menyalurkan ketenangan padanya yang sedang kalut.

"Lo mau minum?" tanya Nathan, dibalas gelengan oleh Shaluna. "Ada apa? kenapa pas lo keluar dari kamar ibu lo, keadaan lo jadi kayak gini, Lun?"

"Gue—" Shaluna mengusap wajah cantiknya, berusaha menetralkan napasnya yang tersengal. "—gue cuma kaget aja, Kak."

Keningnya berkerut. "Kaget? kaget kenapa?"

Memejamkan matanya, Shaluna bingung harus memulai ceritanya dari mana. Ia ingin menahan, enggan bercerita. Tetapi disisi lain, jiwanya tak kuat menelan fakta kejam ini sendirian.

"Lo udah tau soal Cikal?"

"Cikal?"

"Dia..."

.
.

"Udah enakan?"

Cikal menatap Mark, sedetik kemudian tertawa idiot. Melihat wajah khawatir teman-temannya membuat perut Cikal geli bukan kepalang. Ternyata, orang-orang se sangar teman-temannya ini bisa berlaku lembut juga, ya?

Mark mendengus, menempeleng kepala Cikal. "Idiot anjir."

"Ya abis gue ngakak liat muka lo pada," ujar Cikal dalam tawanya.

"Lo gak jelas banget sumpah." Juangga menggeleng, heran karena bisa-bisanya alien seperti Cikal diterima di muka bumi ini. Sepuluh menit yang lalu boleh saja Cikal masih terkapar lemah di kasurnya, tapi sekarang, laki-laki gila itu sudah mondar-mandir tidak jelas di kamarnya. "Tau gitu gak usah di tolong."

"Freak banget anjir, tiba-tiba punya cewek dua, tiba-tiba pingsan, sekarang tiba-tiba jadi gila." Sadewa ikut menanggapi.

Cikal terkekeh, ia membuka kaos hitamnya, menggantinya dengan kaos baru dari dalam lemari.

"Aman gue, sebenernya tadi cuma lagi rebahan doang terus ketiduran." katanya. Berusaha membuat hati teman-temannya untuk tidak khawatir lagi.

Tapi Rajendra malah memukul punggungnya sekeras mungkin, memberi peringatan jelas kepada laki-laki itu.

"Gak usah banyak bacot." katanya, memasang wajah dingin. Ditariknya lagi Cikal untuk duduk diatas kasur. "Seenggaknya lo harus istirahat."

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang