39. Sajak Patah antara Luka

145 10 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seringkali Bagja pikir hidupnya memang akan benar-benar di selimuti malapetaka ketika Cikal lahir ke dunia ini dengan tangisnya di pertengahan tahun, tujuh belas tahun yang lalu di rumah sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seringkali Bagja pikir hidupnya memang akan benar-benar di selimuti malapetaka ketika Cikal lahir ke dunia ini dengan tangisnya di pertengahan tahun, tujuh belas tahun yang lalu di rumah sakit ini. Ketika wajahnya dengan wajah Kenanga saling bertemu untuk bertukar rasa sedih atas apa yang baru saja hadir diantara mereka.

Bagja punya banyak sekali cita-cita. Begitu juga dengan Kenanga. Tapi apakah mereka akan sanggup jika harus mengejar mimpi-mimpi mereka sembari menggendong sulung yang kala itu hadir tanpa adanya sebuah kesepakatan? karena itu untuk pertama kali dalam hidupnya Bagja sendiri tidak yakin. Ia ragu pada dirinya sendiri. Terlalu-larut dalam bayang-bayang kegagalan yang sebenarnya belum terjadi pada masa itu.

Laki-laki dua puluh tahun itu hanya takut ia tidak bisa menjadi ayah yang baik bagi bayinya. Juga menjadi suami yang kuat bagi perempuan yang ia cintai lima tahun terakhir. Kenanga jelas sama, ia juga takut akan menyerah sebelum meraih gelar dokter yang selama ini menjadi mimpinya. Namun, keduanya tetap sama-sama bisa melewati itu semua meski di bawah caci maki orang-orang sekitar.

Kata-kata murahan jelas sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Kenanga yang kala itu baru saja melahirkan anak pertamanya. Penolakan dari keluarganya sendiri, dan segala macam drama yang harus ia lewati untuk menjadi istri sah dari seorang Bagja Wisesa memang cukup membuat Kenanga bergetar bukan kepalang.

Tapi Bagja lah yang selama ini menjadi penopangnya untuk tetap berdiri. Bagja lah yang terus menjaganya dari panas caci maki orang-orang tak berhati. Bagja juga lah yang kala itu menjaga, sekaligus menghancurkan hatinya dengan pernyataan bahwa ia tak mau menerima Cikal bahkan setelah anak itu lahir dan bernapas bebas di dunia.

Jelas. Bagja tahu bahwa brengsek dan pengecut masih kurang untuk menggambarkan dirinya di usia dua puluh, bahkan sampai sekarang pun. Sebab Bagja tahu ia bukanlah sosok ayah yang selama ini putra dan putrinya harapkan. Ia bukan ayah yang menebar hangat seperti para ayah di rumah-rumah yang lain. Ia juga bukan tempat pulang bagi anak-anaknya yang lelah akan pertempuran antara takdir dan keinginan yang mereka lalui.

Bagja hanyalah Bagja. Si Ayah kasar yang ringan tangan dan penuh ambisi. Penuh keinginan untuk menjadikan anak-anaknya sebagai tonggak untuk menuju mimpi-mimpi yang sempat tertunda. Penuh juga rasa amarah karena kehadiran si sulung adalah awal mula ia jatuh kedalam lubang keterpurukan yang berkilo-kilo meter dibawah tanah kegelapan.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang