15. Cikal Itu Sulung, kan?

141 10 0
                                    

"Panti lo dimana?" tanya Cikal sembari memakai helmnya. Keadaannya sudah jauh lebih baik sekarang, setidaknya Cikal bisa melupakan luka-lukanya sejenak.

"Panti Asuhan Permata." jawab Rei, yang dibalas anggukan oleh Cikal.

Cowok itu kemudian menepuk jok belakang motornya, memberi isyarat kepada Rei untuk segera naik. "Buruan naik."

"Hah?"

"Hah heh hoh aja lo, udah naik cepetan. Udah subuh begini, mau telat sekolah lo?" ucapnya. Sekarang memang sudah pukul setengah empat pagi. "Buruan naik, gue anterin ke panti."

Rei menyunggingkan senyum. "Baik juga lo?" katanya seraya naik ke atas motor Cikal.

"Udah basic manner kali. Lagian, laki begini juga lo tetep cewek, kan?"

Rei mengangguk. Terlalu banyak yang mereka ceritakan malam ini sampai-sampai mereka lupa waktu. Mulai dari betapa hidup suka bermain-main terhadap takdir, sampai kejadian-kejadian lucu yang Cikal alami selama menjadi sasaran Pak Agus dan guru BK. Sangat random memang. Namun Rei cukup menikmati karena mendengar cerita-cerita Cikal membuat penatnya luruh.

Tak ada yang membuka percakapan sama sekali. Cikal larut dalam pikirannya sembari memperhatikan jalanan yang mereka lewati. Sementara Rei, sibuk membenarkan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin. Cikal tidak memberinya helm sama sekali, dan lebih sialnya Rei lupa membawa ikat rambut.

Sesampainya didepan panti, Rei berdiri sembari mengulas senyum tipis, gadis itu merasa berterimakasih kepada manusia jahil didepannya karena telah meringankan perasaan yang selama ini memberatkan hati dan pikiran Rei. "Thanks ya, Kak."

"Sama-sama."

"Meskipun malem ini lo asik, itu tetep gak akan ngilangin rasa gedeg gue sama sikap nyebelinnya lo itu ya."

Cikal tertawa kecil. "Bacot lo."

"Lain kali lo bawa helm lebih dong, berantakan rambut gue naik motor lo." protes Rei, menatap si cowok berjaket kulit hitam dengan tajam.

"Gue biasanya bawa. Tapi tadi buru-buru." Cikal menyalakan motornya lagi, bersiap untuk pulang ke rumah karena mau bagaimanapun ia harus bersiap pergi ke sekolah. "Kalau gitu gue pamit."

"Oke, hati-hati."

"Aman."

Setelahnya Cikal memutar balik motor, menancap gas pada motor modifnya dan meninggalkan pekarangan panti. Menyisakan Rei yang masih menatap punggung Cikal yang kian lama kian menjauh hingga menghilang dari pandangan mata. Gadis itu lantas tersenyum tipis, ya setidaknya berkat Cikal pikirannya jauh lebih tenang sekarang.

.
.

"Kenapa pagi-pagi ke rumah gue?" Rajendra menatap datar kearah Cikal yang sudah berada di rumahnya sepagi ini. Padahal waktu baru menunjuk setengah enam kurang, tapi wakilnya itu sudah sibuk membuat sarapan di dapur. Memperlakukan rumah mewah Rajendra seperti rumahnya sendiri.

Dari belakang pantry, cowok yang sudah rapih dengan seragamnya itu menggedikan bahu. "Pengen aja, dirumah lo banyak makanan soalnya."

Rajendra menghela nafas berat, didalam hati diam-diam menyumpah serapahi manusia aneh bernama Cikal yang hobinya menyelundup ke rumah orang.

"Lain kali kalau mau datang, kasih tau dulu." tegurnya.

"Lo juga kalau ke rumah gue nggak suka ngasih tau, ah!" Si Jahil Cikal menjawab dengan nada meledek. "Udah sana deh lo mandi, gue lagi bikin sarapan ini gak usah ganggu."

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang