24. Rahasia Si Lelaki Berkacamata

177 14 0
                                    

"Jadi lo nolongin bokap gue, terus lo dikasih kartu namanya gitu? pas lo hubungin, dia minta lo kesini buat jadi tutor nya gue sama adek gue?"

Rei mengangguk atas pertanyaan Cikal yang bertubi-tubi. Keduanya kini sedang duduk di ruang tamu, menunggu Shaluna yang katanya mau menyiapkan teh untuk tutor barunya.

"Gue awalnya nggak niat untuk hubungin bokap lo sih, tapi gue mikir kayaknya gue pengen temenan sama anak gadis yang dia bangga-banggain ke gue." Percakapan itu terhenti saat Shaluna muncul dari arah dapur dengan satu nampan berisikan tiga cangkir teh hangat. "Terus beliau bilang anak gadisnya lagi butuh orang untuk ngajar pelajaran tambahan, jadi ya gue mengajukan diri aja. Eh, gak ketebak ternyata anak gadisnya itu adek lo."

"Bokap gue, nyeritain adek gue ke lo?"

"Iya. Dia bilang pas dia liat gue rasanya kayak lihat anak perempuannya. Dia bahkan sampai ngelus kepala gue."

Cikal mengangguk paham, diam-diam merasa sesak karena ternyata diluar sana pun, ayahnya masih saja hanya membanggakan Shaluna. Dirinya? sama sekali tidak disebut-sebut dalam cerita yang Rei sampaikan.

"Di minum kak,"

Shaluna mengambil posisi duduk disamping Cikal, tepat dihadapan Rei. Membuat Rei bisa melihat wajah sepasang kakak beradik itu dengan sangat jelas dari jarak yang cukup dekat ini.

"Kalian mirip." kata Rei secara spontan. Kedua orang didepannya memang mirip, apalagi saat melihat foto kedua orangtuanya yang digantung di dinding ruang tamu. Dapat dipastikan bahwa Cikal adalah perwujudan dari campuran kedua orangtuanya, sementara Shaluna lebih mirip kepada ibunya.

"Itu orangtua kalian, kan?" Rei memastikan, dijawab anggukan oleh Cikal dan Luna. Mereka mengikuti kemana arah pandang Rei tertuju. Kepada sebuah foto dibelakang mereka.

"Itu Ayah sama Ibun waktu mereka menikah." kata Shaluna, diiringi senyum tipis yang cantik.

Pandangannya kembali beralih kepada Rei. "Kata Ibun, dulu muka Cikal mirip banget sama Ayah. Tapi lama kelamaan malah jadi mirip mereka berdua." ujarnya, melirik Cikal dengan mata yang tajam.

Sementara si sulung mendengus, bergumam pelan di sisi sang adik. "Nggak usah cerita aneh-aneh,"

Kening Shaluna mengerut, menandakan bahwa gadis itu tengah dilanda rasa bingung. "Dia kan temen lo?"

"Dia bukan temen deket gue." gumam Cikal lagi, merasa gemas dengan tingkah laku adiknya yang sok polos dan pura-pura tidak tahu.

Kini Shaluna menatap gadis didepannya dengan serius. Memperhatikan penampilan si gadis berambut pendek itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kakak pacarnya Cikal, ya?"

Pertanyaan diluar nalar Shaluna membuat Rei terperanjat kaget. Rei buru-buru menggeleng, menghentikan kesalahpahaman yang sungguh mengerikan. Ia? pacaran dengan Cikal? akhir dunia.

"Bukan, kakak bukan pacarnya kakak kamu." jawab Rei, dengan mata elang yang melirik Cikal.

Shaluna tersenyum, menggoda dengan gemas dua orang yang lebih tua darinya. "Gak usah malu-malu, kakak mau jadi tutor aku sama Cikal biar bisa main ke rumah terus pacaran disini, kan?"

"Ngaco banget kalo ngomong," Cikal mengusap gemas wajah sang adik, membuat si pemilik wajah mendengus sebal karena poni cantik yang sudah mati-matian ia rapihkan jadi berantakan begitu saja.

Melihat itu membuat Rei menghela napas panjang. Entah sampai kapan ia akan bertahan dengan dua orang didepannya ini. Bersama Cikal saja, Rei sudah muak minta ampun. Sekarang malah bertemu duplikatnya Cikal. Sialnya, keduanya terlihat sangat tidak akur dan sering adu mulut seperti ini.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang