40. Gimana sama Mimpi Lo?

156 10 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ReiBalikin buku catetan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rei
Balikin buku catetan gue

Cikal
Ntaran aja sih, buru-buru amat

Rei
Gue juga mau pake buat belajar
Hari ini gue tunggu di taman kota
jam 5 sore.

Cikal
Iya iya ndoro
Nyi roro kidul

Rei
Monyet.
ready at. 12.59

Rei tersenyum tipis saat kembali membaca percakapannya dengan Cikal siang tadi. Merasakan hangat yang sialnya ia kecanduan setiap kali memikirkan hal sekecil apapun tentang Cikal. Rei menaruh ponselnya, merotasikan pandangan untuk menikmati suasana sore di taman kota.

Dia memang sengaja datang satu jam lebih awal, berniat untuk terlihat lebih rapi dan rajin daripada biasanya. Rei bahkan mengenakan sedikit riasan pada wajah pucatnya untuk memberi warna. Setidaknya, ia ingin tampil sebagai 'perempuan' yang sebenarnya di depan Cikal.

Gadis itu menatap sekitar, memperhatikan bagaimana orang-orang juga menikmati suasana hangat sore ini tanpa hujan yang membasahi jalanan. Gadis itu lagi-lagi tersenyum, gelenyar aneh begitu membuatnya merasa geli bukan kepalang. Se senang ini dia sekarang. Padahal jika berbalik ke waktu dimana Rei belum jatuh cinta pada laki-laki berkulit tan itu, Rei bahkan sangat enggan untuk melihatnya, sekedar memikirkannya saja, Rei bahkan tidak sudi.

Memang takdir itu tidak ada yang bisa menebak. Siapa yang tahu bahwa akhirnya Rei akan benar-benar jatuh cinta pada Cikal yang notabenenya sangat jauh dari tipe laki-laki ideal Rei?

"Selain judes dan galak ternyata lo gila juga ya, Re?"

Seseorang yang Rei kenali suaranya dengan baik tiba-tiba muncul dari belakang, mengambil posisi duduk di sebelah Rei seraya menyodorkan sebuah jinjingan kertas berwarna cokelat pada Rei.

"Gue judes salah, senyum lebih salah. Mau lo apa sih?" Rei berusaha menetralkan degup jantungnya, memasang ekspresi wajah sedatar mungkin untuk menutupi fakta bahwa ia sangat senang melihat Cikal kini duduk disisinya. "Ini apaan? gue minta buku gue, bukan kue-kue begini."

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang