32. Bicara Tentang Cinta

134 7 0
                                    

Ini adalah hari kedua Cikal tidak masuk sekolah. Dan Kay menyadari bahwa setengah kehidupannya di sekolah pun ikut menghilang bersama Cikal. Memang tidak benar-benar menanam rasa, tapi Kay tetap butuh Cikal sebagai pengisi hari-harinya. Meski Roneo selalu setia berada di setiap langkah yang Kay tempuh, tetap saja, Kay butuh Cikal.

Gadis itu menghela napas kasar. Siang ini benar-benar sepi sebab satu-satunya manusia jahil yang selama ini menghiburnya tidak masuk sekolah. Kay bosan bukan kepalang. Apalagi sudah dua hari ini pemandangannya hanyalah wajah Roneo, si lelaki kutu buku berkacamata.

"Kenapa? bosen?" dua pertanyaan yang keluar dari mulut Roneo membuat Kay menatapnya malas. Gadis itu mendengus, mengusap wajahnya setengah kesal.

"Gue kangen Cikal masa."

"Inget apa kata Bang Baros, Kay."

"Ya gue tau. Gila kali kalau gue beneran suka sama si Cikal." mata Kay menajam. "Tapi gue tuh kalau gak ada dia rasanya sepi. Kayak kehilangan temen yang selama ini usil banget ke gue gitu rasanya."

"Bener, cuma perasaan sepi ditinggal temen?" Roneo memastikan. Diam-diam berdoa agar Kay tidak benar-benar jatuh cinta pada Cikal.

Kay mengangguk tanpa ragu. "Gue kayak pengen ketemu dia deh, pengen denger suaranya."

"Itu lo kangen gak sih, namanya?"

"Nggak. Gue cuma udah lama aja rasanya gak ketemu dia."

Roneo melempar sampah sedotan pada Kay. "Itu namanya lo kangen. Sama aja!"

"Beda!"

Roneo menghela napas. Menutup novelnya dan beranjak dari bangku kantin. Mengulurkan tangan dan mengusap kepala gadis itu dengan lembut.

"Yaudah kalau gitu, nanti pulangnya kita jengukin adeknya dia. Biar lo bisa sekalian ketemu tuh sama dia." putus Roneo. Jujur ia juga tidak tega melihat Kay yang kehilangan semangat untuk hidup begini. Sepertinya Cikal memang sudah mengambil peran penting di hidup gadis pujaannya itu.

Kay mengangguk setuju, matanya berbinar karena semangat yang tiba-tiba menyergap. Mendadak mood nya kembali membaik.

"Kalau gitu pulangnya sekalian beli buah-buahan gitu ya? atau kue, buat Shaluna dan Ibun."

"Calon mantu yang baik banget lo." Roneo mengukir senyum. "Ayo balik ke kelas, sampe kapan lo diem disini?"

"Emang udah masuk ya?"

"Udah."

Kay beranjak, mengikuti arah langkah Roneo yang berjalan lebih dulu didepannya. Entah apa yang tengah mengganggu pikiran laki-laki didepannya itu, yang jelas, Kay merasakan perubahan pada sikap Roneo belakangan ini.

Bahkan untuk berjalan saja, Roneo hampir tidak pernah mendahuluinya seperti saat ini. Biasanya Roneo setia berjalan disisi ataupun dibelakang Kay, dengan alasan menjaga gadis itu dari jarak dekat. Tapi sekarang? Roneo bahkan berjalan beberapa meter jauh di depan.

"Kalem kenapa jalannya, buru-buru banget sih lo?" protes Kay, melebarkan langkahnya untuk berusaha mengejar langkah Roneo.

Si laki-laki berkacamata itu tertawa canggung, tak lama menghela napas sebelum akhirnya mensejajarkan lagi langkahnya dengan Kay. "Sorry ya gue tadi masih lag. Abis baca novel."

"Lo kenapa sih? kok kayak marah gitu sama gue."

"Nggak apa-apa. Kenapa emang?"

"Ya enggak. Gue heran aja, soalnya gak biasanya lo se diem ini di depan gue." ucap Kay, masih dengan nada protes. Gadis itu bahkan kini melipat kedua tangannya didepan dada.

SULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang