Di dalam ruang ujian, waktu seakan bergerak dengan langkah-langkah kecil namun pasti. Detik jam di dinding berirama seperti detak jantung Rajendra yang gelisah, menghitung setiap momen dengan riuh rendah yang memekakkan. Kertas-kertas buku dibalik dengan hati-hati, suaranya menggesek udara, mengisi ruang dengan bisikan-bisikan halus yang menggambarkan rasa takut dan harapan tentang nilai yang ada didepan mata. Rajendra berdecak, semakin gila karena sadar Cikal belum kunjung tiba di ruang ujian padahal lima menit lagi waktu ujian akan di mulai.
Di sudut-sudut ruangan, beberapa bisikan tersembunyi menyusup di antara barisan kursi, membahas konsep-konsep yang masih menggantung di pikiran. Gumaman mereka berpadu dengan desah napas yang ditahan, membentuk getaran yang penuh akan ketegangan. Setiap suara, sekecil apa pun, seolah menggema di dinding-dinding ruangan, menambah tebal selimut kekhawatiran yang menyelimuti Rajendra yang ikut serta di dalamnya.
Suasana hari-hari ujian tengah semester di SHS memang terbilang sangat menegangkan. Mereka di tuntut untuk lebih disiplin dan hati-hati dalam pengerjaan soal ujian melalui komputer. Sama sekali tidak ada celah untuk melakukan kecurangan, guru pengawas dan cctv dimana-mana, membuat beberapa nya gelisah sebab pelajaran pertama yang akan mereka hadapi adalah matematika minat.
Namun yang membuat laki-laki jenius bernama Rajendra Cakra Sagara gelisah sampai nyaris gila bukanlah hal itu. Melainkan Cikal, sahabatnya yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya pagi ini. Setahunya anak itu sudah tiba sejak satu jam yang lalu, tapi entah kenapa dia malah menghilang di menit-menit terakhir menuju waktu ujian. Rajendra sungguh tidak habis pikir.
Padahal Rajendra yakin, Cikal juga sudah tahu betul tentang peraturan ujian di SHS, yang menyatakan bahwa siswa yang telat masuk ke ruang ujian akan di diskualifikasi dari ujian semester ini dan akan mendapat peringkat terakhir di kelas. Sebab sikap kedisplinan adalah satu-satunya hal yang paling ditekankan di sekolah ini.
Diliriknya Juangga, yang kali ini duduk di kursi ujian paling depan sebab pengaturan tempat duduk selama ujian menggunakan nomor absen. "Ju," panggilnya, pelan.
Juangga menoleh, mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban.
"Cikal kemana?"
Juangga menggeleng. "Gue juga nggak tahu, gue udah telepon tapi dia nggak angkat."
Rajendra melipat bibir. Pandangannya kembali jatuh kepada buku latihan soal matematika yang ada di hadapannya. Termenung sebentar sembari memikirkan kemungkinan-kemungkinan akan lelaki yang dicarinya.
Padahal hari ini merupakan hari pertama bagi Cikal untuk berusaha menjadi lebih baik seperti apa yang selama ini Cikal cita-citakan. Hari ini merupakan kesempatan yang baik untuk membuktikan kepada orangtuanya bahwa Cikal adalah anak sulung yang mampu memenuhi semua keping-keping harapan yang ada. Tapi kemana perginya laki-laki itu sekarang? tidakkah Cikal khawatir akan nilainya di semester ini? Rajendra sendiri bahkan sudah tidak bisa berpikir jernih sekarang ini.
"Murid-murid, silakan tutup buku latihan kalian sekarang juga. Tumpuk yang rapi, kemudian taruh di meja pengawas." Guru pengawas tiba-tiba masuk. Tanpa kata pembuka yang ramah, langsung memberi instruksi dengan wajah datar bukan main. Tak lupa memamerkan pula setelan kemeja PDH dan satu map besar berwarna coklat di tangannya.
Napas Rajendra memburu. Laki-laki itu diam-diam merutuk sebab Cikal masih belum juga terlihat batang hidungnya hingga sekarang. Ia melirik ke kursi kosong di samping kirinya, tempat dimana Cikal seharusnya sudah duduk rapi dan siap untuk melaksanakan ujian semesternya.
Namun saat satu persatu murid sibuk mengumpulkan buku latihan mereka ke meja pengawas secara bergiliran, seseorang tiba di mulut pintu dengan napas yang tersengal-sengal. Menyita hampir seluruh perhatian seisi ruang ujian sebab pakaian kusutnya yang keluar dari dalam celana, rambutnya pun kacau bukan main, juga wajah yang dipenuhi peluh yang entah di dapatnya darimana di hari se pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SULUNG
Teen Fiction"Hidup bukan cuma tentang adek lo. Hidup lo, ya lo sendiri pemeran utamanya Kal." "Nggak bisa. Kata Ayah sama Ibun gue harus selalu ngutamain adek gue kalau mau jadi kakak yang baik." "Kal, nyerah ya?" . . . ©® kfor54, ay. best rank : • 1 in #haecha...