TYD - satu

5.2K 424 0
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.


Seorang laki laki yang sudah mulai memasuki usia kepala tiga bahkan sudah lebih beberapa tahun, tengah menyesap secangkir kopi hitam favoritnya di balkon apartemennya. Menikmati langit senja yang berwarna kuning kemerahan di kota tempat ia lahir sambil mengenang masalalu yang pahit seperti kopi yang tengah ia nikmati.

Elzeeano, setelah lima belas tahun menetap di negara Swiss, tahun ini akhirnya ia mempunyai keberanian untuk kembali menginjakkan kaki ke Indonesia. Jika bukan karena desakan kedua orang tuanya, mungkin anak ini tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya.

Disini, terlalu banyak luka dan rasa sakit yang tinggal. Walaupun sudah belasan tahun menghilang dan berusaha mengobati hati, namun nyatanya rasa sakit itu masih tetap bersarang jika ia mengingat hal pahit lima belas tahun silam.

Lamunan yang mengisi kepalanya buyar, karena dering telephone yang terdengar. Tangannya bergerak mengusap tombol berwarna hijau yang terletak di ponsel,

"Zee, kamu dimana? Sudah landing dari tadi pagi kan? Kenapa belum pulang ke rumah?"

Ah itu adalah suaranya bidadarinya, alias Gracia, sang mama tercinta.

"Di Apart, iya ma, sebentar lagi Zee pulang" Sepertinya jawaban yang Zee berikan belum cukup puas diterima oleh Gracia.

"Pulang sekarang Zee, mama sudah rindu, memangnya kamu tidak rindu mama?"

Zee menghembuskan nafasnya kasar, jika sudah seperti ini mau tidak mau ia harus pulang, sekalipun Zee tidak pernah bisa menolak keinginan sang ibunda apalagi jika nada bicaranya sudah dibuat buat sedih seperti tadi.

"Iya mama, Zee jalan sekarang"

.
.

Sekarang, tibalah Zee dirumah megah milik keluarga Garth, rumah yang selalu nyaman untuk pulang karena kehangatan yang ada didalamnya. Keluarga ini selalu penuh cinta, Zee tersenyum simpul sebelum akhirnya benar benar melangkahkan kaki menuju pintu utama.

Hanya dua kali mengetuk pintu, nyatanya langsung muncul seorang wanita dari dalam sana.

"Ka Zee! Kangenn"

Zee membalas pelukan yang ia terima dari seorang yang sangat ia cintai selain mamanya, ia adalah Christy. Zee dan Christy ini sebenarnya anak kembar, namun Zee lahir sepuluh menit lebih dahulu daripada Christy, sedari kecil mama dan papa mereka memang meminta Christy memanggil Zee dengan sebutan kakak.

"Apa kabar, dek? Semua baik kan?"

Christy mengangguk, mengiyakan pertanyaan sang saudara kembar.

"Masuk yuk! keponakan kamu udah gak sabar nerima hadiah dari omnya tuh"

Zee terkekeh mendengar hal itu. Keponakan semata wayangnya adalah anak Christy, bernama Nala. Christy dan suaminya, Aldo, menikah beberapa bulan sebelum pernikahan Zee dan Chika dulu. Zee bersyukur, pernikahan adiknya tidak bernasib sama dengannya.

Di ruang tengah, Nala tengah asik bermain catur bersama sang opa. Memang anak itu sedikit tomboy, tak heran jika ia lebih menyukai permainan permainan seperti ini daripada bermain boneka ataupun barbie.

"Pa" Panggil Zee kepada papanya, Sean.

"Astaga kak, kapan sampai?" Sean merengkuh tubuh anak laki lakinya yang sudah lama tidak ia jumpai,

Biasanya jika Sean dan Gracia rindu kepada Zee, mereka berdua yang akan pergi ke Swiss, karena Zee tidak pernah mau pulang ke Indonesian. Jadi selama lima belas tahun ini tak pernah sekalipun Zee pulang, ini pertama kalinya.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang