TYD - empat

4K 427 14
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.



Malam yang sudah semakin larut, membuat rasa kantuk mulai menyelimuti mata gadis berambut lurus dan panjang itu. Saat ini, sang mami tengah membacakan dongeng favoritnya, hal itu membuat rasa kantuk semakin tak tertahankan, sehingga kelopak mata perlahan mulai tertutup dengan nyenyak.

Nachia tadi berpesan, malam ini ia ingin tidur berdua dengan Chika. Maka dari itu, setelah adegan makan bersama tadi, mereka sempat bermain dan bercerita, menghabiskan malam berdua sampai tak terasa jarum jam pada dinding telah menunjuk pada angka sebelas, jam tidur Nachia sudah lewat!

Chika segera meminta sang putri untuk beristirahat karena besok masih harus pergi ke sekolah, ia memilih membacakan sebuah dongeng supaya Nachia cepat tertidur. Dan benar saja, hanya butuh waktu beberapa menit, anak itu sudah terlelap dengan damai.

Mata Chika memandangi wajah tenang permata hatinya saat sedang terlelap. Memang yang mendominasi di wajah Nachia adalah wajahnya. Tapi, hidung serta aksesoris mata gadis itu diwariskan dari ayahnya.

"Love you so much nak, makasih ya sudah menjadi alasan mami kuat bertahan sampai saat ini, mami gak tau gimana jadinya hidup mami kalau tanpa kamu. Bahkan papi kamu sendiri aja meragukan kamu sayang, tapi gak apa apa, masih ada mami disini yang akan selalu sayang dan selalu ada disetiap langkah kamu"

Tiba tiba ingatan Chika kembali pada kejadian masa lalu, dimana hari hari sulit harus ia lalui. Ia bertaruh nyawa berjuang melahirkan Nachia seorang diri. Saat itu benar benar menjadi titik terendah pada hidup seorang Chika, pergi ditinggalkan suaminya dalam keadaan salah paham membuat dirinya stress berat di masa masa akhir kehamilan.

Hal itu jugalah yang menyebabkan sang cinta pertama alias ayah Chika meninggal dunia, beliau terkena serangan jantung kala mendengar kabar bahwa Chika ditinggal pergi oleh suaminya. Keadaan Chika sangat jauh dari kata baik baik saja, pada saat melahirkan pun ada berbagai permasalahan sampai ia mengalami pendarahan hebat, dan tidak sadarkan diri selama tiga hari lamanya.

Dunia Chika seakan hancur begitu saja ditinggalkan oleh dua lelaki pelindungnya sekaligus, namun melihat putri kecilnya yang baru lahir kala itu dan sang Bunda yang terus memberinya semangat, perlahan Chika mulai bangkit. Hingga sampai saat ini Chika menjadi wanita mandiri, pekerja keras dan juga sukses menjadi seorang manager di salah satu perusahaan besar.

Selain itu, Chika juga berhasil mendidik Nachia menjadi gadis yang cantik, pintar, dan selalu ceria. Chika tidak pernah membiarkan Nachia merasa sulit, ia juga selalu memastikan bahwa Nachia tidak akan kekurangan kasih sayang walaupun tanpa seorang ayah.

Nachia kecil mungkin tidak mengerti akan semua itu, namun semakin beranjak remaja, Nachia mulai mempertanyakan semuanya. Apakah Chika memberinya jawaban? Jawabannya adalah tidak, Chika selalu mengalihkan pembicaraan setiap Nachia bertanya soal sang ayah.

Pernah saking geramnya, Chika berkata jika Nachia terus menanyakan perihal ayahnya, itu membuat hati Chika merasa sakit dan sedih. Sejak saat itu, gadis kecil itu tidak pernah lagi bertanya mengenai Zean.

Cukup egois memang, Chika menyimpan semuanya rapat dari Nachia. Tapi menurutnya, itu adalah keputusan yang tepat, Zean saja tidak mau mengakuinya sebagai anak, lantas apa pantas jika Chika bercerita tentangnya pada Nachia? Chika rasa tidak. Biarlah sekarang berjalan seperti ini, hanya ada sang bunda, dirinya dan juga Nachia yang hidup bahagia.

.
.
.
.

Matahari mulai berani memunculkan diri, sebagai tanda bahwa seluruh umat yang ada di dunia harus siap memulai aktivitas di hari baru yang cerah ini. Pagi ini di kediaman Chika nampak sibuk membantu sang ibunda mempersiapkan sarapan pagi,

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang