TYD - sembilanbelas

4K 552 155
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.





"Ma"

Zee celingak celinguk mencari keberadaan sang ibunda, tadi dirinya sudah melihat di dapur karena biasanyaa pagi pagi begini mamanya berada disana, tapi ternyata Gracia tidak ada di ruang untuk memasak itu. Zee memutuskan untuk pergi ke halaman belakang dimana tempat Gracia menanam bunga bunga favoritnya, dan benar saja ternyata wanita yang berusia lebih dari setengah abad itu berada disana.

"Loh kak? Kok nggak pergi ke kantor? ini kan sudah siang" Kejut Gracia saat melihat putra sulungnya datang menghampiri,

"Zee nggak ke kantor, kemarin sudah bilang ke papa"

Gracia menatap heran, tumben sekali laki laki yang biasanya gila kerja ini tidak pergi ke kantor.

"Tumben kamu nggak ke kantor, kenapa? Nggak enak badan?" Gracia yang nampak khawatir pun memegang dahi dan kedua pipi Zee.

Zee menggeleng, "Zee sehat ma, hari ini ada beberapa hal penting, do'a in ya ma" Laki laki itu tiba tiba saja memeluk tubuh sang mama,

Gracia mengelus kepala bagian belakang Zee, "Emangnya kamu mau pergi kemana?" Tanya Gracia bingung kenapa sang anak tiba tiba meminta Do'a.

"Zee mau ketemu seseorang, setelah itu pergi ke rumah sakit buat ngambil hasil tes DNA Zee sama Nachia, ma"

"Kamu benar benar melakukan tes DNA sama Nachia? Kapan? Kenapa baru bilang ke mama nak?"

"Semuanya mendadak ma, kemarin Nala telfon Zee minta dijemput dari sekolah sekalian minta ditemani main sama Nachia, terus gak sengaja Nachia keserempet motor makanya aku bawa ke rumah sakit dan sekalian tes DNA disana, karena kalau nunggu nanti nanti aku yakin Chika nggak akan kasih izin"

"Ya Tuhan, Kok bisa Nachia keserempet motor? Terus gimana keadaannya? Cucu mama baik baik saja kan?" Memang diantara semua anggota keluarga Garth, Gracia dan Christy lah yang paling yakin jika Nachia memang benar benar anak kandung Zee tanpa perlu tes DNA.

"Dia baik baik saja, yasudah Zee izin berangkat sekarang ya, ma" Zee mencium tangan dan juga pipi Gracia saat berpamitan,

"Hati hati ya nak, kasih tau mama apapun hasilnya, mama harap semuanya sesuai dugaan mama dan semuanya akan kembali baik baik saja"

Zee tersenyum sambil mulutnya berkata 'Aamiin' tanpa suara, lalu mulai melangkahkan kakinya pergi.

.
.
.
.

Disinilah sekarang seorang Elzeeano berada, di sebuah cafe yang ada di pusat kota. Ia tengah terduduk dengan secangkir kopi dihadapannya, sambil menunggu kedatangan seseorang yang sebelumnya sudah membuat janji dengannya.

"Elzeeano, apa kabar bro? Gimana swiss? Masih gitu gitu aja?" Seseorang yang ditunggu akhirnya datang,

"Anda tau saya tidak suka basa basi, Aran Alexander" Ucap Zee dengan penuh penekanan sambil menatap tajam lawan bicaranya,

"Weitss, santai bro, kalem jangan melotot mulu tuh mata awas nanti jatuh ngegelinding"

Zee tidak menanggapi bualan Aran yang menurutnya sangat tidak penting itu,

"Ini kopi buat gue? Woah thank you, perhatian banget harusnya sih nggak perlu repot repot begini" Aran dengan tengilnya langsung duduk dikursi yang ada dihadapan Zee sambil menyeruput secangkir kopi yang ada di meja, sebenarnya itu adalah kopi milik Zee tapi sudahlah apa artinya sebuah kopi.

Ternyata mudah saja bagi seorang Elzeeano menemukan seonggok Aran di Jakarta ini. Baru saja kemarin pagi ia meminta Aldo mencari tau keberadaan Aran, sorenya Aldo langsung memberi kabar dimana Aran bekerja dan bahkan dimana alamatnya, sosial media, nomor telephone dan sebagainya secara lengkap. Ingatkan Zee untuk memberikan hadiah kepada adik iparnya setelah ini.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang