TYD - tujuh

3.8K 474 25
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.





"Selamat pagi anak anak, hari ini miss membawa sebuah pengumuman. Dalam rangka memperingati hari Ayah nasional, sekolah kita membuat lomba video moment bersama ayah. Video tersebut nantinya akan di upload di akun sosial media sekolah. Dan lomba ini bersifat wajib, semua siswa siswi harus mengirimkan video paling lambat tiga hari dari hari ini. Jika tidak, maka akan diberikan sanksi, mengerti semuanya?"

"Mengerti miss"

Nala sontak menoleh kepada sahabatnya alias Nachia yang sudah menundukkan pandangan. Sudah lama bersama, tentu saja Nala tau apa apa saja permasalahan yang dialami sahabatnya itu.

"Miss maaf, saya ingin bertanya" Ucap Nala sambil mengangkat tangan,

"Iya Nala, silahkan"

"Kalau misalkan ada yang papanya sudah tidak ada atau sedang ada pekerjaan di luar kota, bagaimana?"

Mendengar hal itu, Nachia menoleh ke arah Nala. Sudah pasti sang sahabat bertanya seperti itu karena dirinya,

"Yang ayahnya sudah tidak ada ataupun sedang dalam jarak jauh, kalian bisa membuat video bersama paman, kerabat, atau pun kakek, yang terpenting laki laki dan umurnya harus diatas kalian. Ada lagi Nala?"

Nala menggeleng, "Tidak ada miss, terimakasih"

"Kalau begitu, sekarang kalian lanjut mengerjakan latihan soal ya"

Saat jam istirahat dimulai, seperti biasa Nala mengajak Nachia untuk mengisi perut di kantin. Namun sepertinya mood anak itu tidak baik, sedari pengumuman tadi Nachia terus diam dan menunduk. Padahal tadi pagi moodnya bagus bagus saja,

"Nachia, are you okay? Kita ke kantin yuk"

"Aku mau di kelas aja Nala, kalau kamu mau ke kantin gak apa apa pergi aja, maaf aku gak bisa nemenin kamu"

Nala menghela nafas kasar, "aku tau kamu sedih"

"Aku bukan hanya sedih, tapi bingung juga harus bikin video itu sama siapa? Aku gak punya papi, aku juga udah gak punya opa"

"Gimana kalau kamu bikin videonya sama papa ku? Kita bikin video bersama" Nala mencoba memberikan ide, walaupun sedikit konyol karena harus berbagi papa tapi hanya itu yang saat ini ada dipikirannya.

"Jangan Nala, aku gak mau ngerepotin kamu terus, gak apa apa biar aku ngelakuin sanksi aja nanti"

"Tapi kita belum tau sanksi nya apa Nachia, gimana kalau ternyata hukumannya berat?"

"Ya aku bakal tetap lakuin, kan gak ada pilihan lain lagi Nala, sudah ya kamu jangan mikirin aku, aku beneran gak apa apa, sudah biasa dari dulu juga begini"

Nala menatap sang sahabat dengan tatapan nanar, kasihan sekali Nachia, dari kecil tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya, pasti Nachia sedih, hanya saja dia mencoba berpura pura kuat didepan semua orang terutama mami nya. Batin Nala.

.
.
.
.

Pulang sekolah hari ini, Nachia memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah. Suasana hatinya sedang kacau, kalau pulang ke rumah pasti nanti mami dan oma nya akan bertanya alasannya. Sedangkan Nachia tau, sang mami tidak suka jika ia bertanya tentang papinya. Nachia sekarang benar benar bingung harus bagaimana.

Gadis berusia lima belas tahun itu memilih duduk di sebuah bangku yang ada di taman kota, tempat dan suasananya memang ramai, tapi tetap terasa sepi bagi Nachia. Sebelum melanjutkan sesi melamunnya, Nachia menyempatkan diri menghubungi sang mami, agar tak khawatir mencari dirinya.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang