TYD - tigapuluh delapan

4.9K 719 86
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.



Chika terlihat sangat fokus mengobati luka pada dahi Zean, setelah selesai dibersihkan, ia menutup luka itu dengan kain kasa dan direkatkan oleh plester. Wanita pemilik gummy smile ini nampak tersenyum puas melihat hasil karya nya.

"Udah selesai deh" Ucap Chika yang sepertinya tanpa sadar masih menampilkan senyum manis,

Zean tentu saja tidak bisa menahan senyum menyaksikan pemandangan dihadapannya, "makasih yessica"

"sama sama"

Sambil tersenyum manis, pandangan keduanya kembali bertemu, kali ini tak ada yang berniat menghentikan. Cukup lama Zean dan Chika saling beradu tatap, menatap lekat retina masing masing seperti tengah mencari keyakinan satu sama lain.

Gengsi chika yang biasanya setinggi galaksi bima sakti, kali ini gengsi tersebut tidak terlihat sama sekali.

"Chik" Panggil Zean, tanpa mengubah posisi mereka yang berhadapan sambil menatap lekat,

"Hmm?"

"Aku boleh bicara?"

Oh no! mengapa jantung Chika berdetak secepat ini? Ia deg deg an, batinnya menebak kira kira apa yang akan dibicarakan oleh Zean kepadanya?

"b-bicara apa?"

Zean terkekeh, wajahnya yang semula serius berubah menjadi tengil.

"Mau tau banget apa mau tau aja?"

"Ck, cepetan mau bicara apa zean?"

"Sabar dong, penasaran banget ya?"

Chika menampilkan wajah kesalnya, dengan cepat ia berbalik badan dan melipat tangannya didepan dada.

"Nyebelin! udah gak usah aja"

Zean sedikit panik saat Chika terlihat beneran kesal, dengan ragu tangannya memegang tangan Chika,

"Jangan marah, aku becanda Chika"

Chika tak memberi jawaban, ia masih tetap tidak mau membalik badan dan menatap wajah Zean.

"Kali ini serius, aku mau bicara, hadap sini dong"

Karena rasa penasarannya yang sudah berada di puncak, Chika akhirnya mau membalik badan walaupun dengan terpaksa, lalu matanya kembali menatap wajah Zean.

"Apa?"

Zean tersenyum, tanpa ia sadari tangannya masih betah memegang tangan Chika,

"Chik, sepertinya aku kembali jat-"

"Mami papi!"

Sontak pandangan keduanya beralih saat suara nyaring Nachia terdengar, dengan spontan juga Zean melepaskan genggaman tangannya. Nachia berlari ke arah mereka setelah menyelesaikan urusannya dengan Christy,

"Luka papi sudah selesai diobati? Papi masih pusing tidak?" Raut khawatir ternyata masih tergambar jelas pada wajah anak semata wayang Zean itu,

"Papi baik baik aja sayang, udah hilang kok pusingnya soalnya udah diobatin sama bidadari"

Chika melotot kan mata saat mendengarnya, bisa bisanya Zean berbicara seperti itu dihadapan Nachia yang notabene adalah orang yang paling semangat menyaksikan moment mereka berdua, sudah pasti setelah ini Nachia akan menggoda mereka.

"Ciyee bidadari, pantas saja papi langsung sembuh, biasanya sih kalau Nachia luka karena jatuh langsung dicium sama mami biar lukanya cepat sembuh. Tadi luka papi dicium juga ya sama mami?"

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang