TYD - enambelas

4.1K 531 39
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.




"Ka Chika jangan merasa paling menderita! disini Ka Zee juga tersakiti, andai saja Ka Chika gak mengkhianatinya mungkin semuanya gak akan jadi seperti ini ka!" Christy yang sedari tadi menahan emosi sepertinya sekarang mulai terpancing.

"Hahaha sudahlah, memang dimata kalian kan aku yang selalu salah! Jika kalian hanya datang untuk menganggu hidup kami, lebih baik kalian pergi atau aku yang akan bawa Nachia pergi" Ucap Chika

"Nggak bisa seperti itu dong kak, kalau memang benar Nachia anak Ka Zee, dia juga punya hak atas Nachia sebagai ayahnya!"

"Hak apa?! Apa masih bisa dikatakan sebagai ayah jika tidak menganggap keberadaan anaknya? Tidak pernah menghidupi selama lima belas tahun! Selama ini kalian kemana saja? Kalian bahkan tidak pernah mau sedikit pun mencari keberadaan kami, tidak pernah mencoba mencari tau apakah kami baik baik aja atau tidak. Sekarang aku sudah kembali bangkit dan bahagia, tolong jangan ganggu lagi!"

Setelah mengucapkan hal itu, Chika berdiri dari duduknya lalu pergi menghampiri Nachia yang terlihat bermain bersama Nala di taman. Chika meraih tangan Nachia dengan sedikit menariknya,

"Ayo kita pulang"

Nachia melihat raut penuh amarah yang tergambar jelas diwajah Chika, maka dari itu ia langsung menuruti ajakannya. Chika terus menarik tangan Nachia sampai masuk ke dalam mobil, ternyata Christy mengejarnya.

"Ka Chika tunggu!" Christy mencoba mengetuk kaca mobil milik Chika, namun nampaknya sang pemilik tak peduli, dan terus lanjut menyalakan mesin mobil lalu menancap gas untuk pulang.

"Mami, itu onty Christy ngejar, kasihan" Kata Nachia yang melihat Christy terus berusaha pun merasa tak enak hati,

"Diam Nachia!"

Seketika Nachia terdiam, otaknya kini benar benar dipenuhi oleh beribu pertanyaan dengan semua yang ia lihat hari ini. Tadi sewaktu di restaurant, sebenarnya Nachia ingin sekali menguping pembicaraan antara mami dan mama dari sahabatnya. Tapi ia tak cukup punya keberanian,

Sesampainya dirumah, Chika kembali berbicara dengan Nachia.

"Nachia, dengar mami! Mulai sekarang kamu nggak boleh main sama Nala ataupun keluarga nya lagi! Kamu nggak boleh pergi ke rumah mereka!"

Nachia yang mendengar semua penuturan Chika pun terkejut, dan sedikit tidak terima dengan keputusan sang ibunda.

"Tapi kenapa mami? Nala itu sahabat Nachia, kenapa kami tidak boleh berteman lagi?"

"Tidak perlu banyak tanya, kamu hanya perlu menuruti semua perintah mami! Dan Mami juga akan memindahkan kamu ke sekolah yang lain"

"Mami! Nachia enggak mau pindah sekolah hiks, plisss mami jangan pindahkan Nachia ke sekolah yang lain"

Chika terdiam dengan nafas yang masih memburu, sebenarnya ia juga kasihan jika Nachia harus pindah sekolah itu brarti anaknya harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru, teman baru, dan lagi Nachia kan sudah kelas tiga SMP, hanya tinggal satu tahun lagi untuk lulus pasti akan sedikit ribet juga jika pindah di kelas kelas akhir menuju kelulusan.

"Oke mami nggak pindahin kamu ke sekolah yang lain, tapi mulai besok mami yang akan antar dan jemput kamu, kamu tidak boleh main sepulang sekolah!"

"Tapi mami-"

"Mami tidak suka dibantah Nachia! Sekarang kamu masuk kamar!"

Dengan air mata yang sudah berderai, Nachia lari ke kamarnya yang ada di lantai dua rumah ini. Ia cukup kecewa dengan keputusan yang sang mami buat karena ia tidak diberi alasan yang jelas mengapa ia tidak lagi diizinkan berteman dengan sahabat baiknya.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang