TYD - duapuluh dua

4K 546 40
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.




Pagi ini Zee benar benar menepati ucapannya untuk kembali datang ke kediaman Chika. Sebenernya bukan hanya karena itu, alasa Zee pagi pagi sudah sampai sana adalah sedari semalam hatinya gusar tak tenang, pikirannya terus tertuju kepada Nachia sampai sampai Zee susah untuk memejamkan matanya semalaman.

Zee beberapa kali mengetuk pintu rumah berbahan kayu yang diberi cat berwarna putih itu, begitu pintu terbuka menampilkan seorang perempuan paruh baya yang tak lain adalah Aya.

"Bunda" Sapa Zee sekaligus mencium tangan,

"Zean, ternyata kamu benar benar datang lagi hari ini nak"

Zee mengangguk, "Bunda, sudah bicara sama Chika? Zean benar benar ingin sekali bertemu sama Nachia, dari semalam perasaan Zean nggak tenang bun, Nachia baik baik saja kan?"

Aya tertegun, benar benar tidak bisa dibohongi lagi ternyata ikatan batin antara Zean dan Nachia begitu kuat.

"Nachia sedang sakit, tap-"

"Sakit? Sakit apa bun? Apa sudah dibawa ke rumah sakit? Gimana keadaannya?" Zee langsung melontarkan pertanyaan bertubi tubi kala mendengar ternyata sang anak sedang sakit. Sebenarnya semalam Zee mencoba untuk menghubungi ponsel Nachia, namun ternyata nomornya telah diblokir dan ia sudah menduga pasti semua ini perbuatan Chika.

"Zean, tenang dulu ya. Nachia hanya demam kok, dari kemarin dia manggil nama kamu terus katanya mau dipeluk, tapi ya seperti yang kamu tau Chika langsung marah dengar semua itu"

Zee menatap nanar ke arah Aya, "Bunda, Zean benar benar minta tolong, tolong pertemukan Zean sama Nachia"

Aya bingung, sebenarnya ingin sekali ia langsung membawa Zean masuk dan melihat keadaan Nachia secara langsung. Tapi bagaimana dengan Chika?

"Siapa yang pagi pagi datang bun- KAMU?! Ngapain kamu kesini lagi?! Pergi!"

Aya yang tadinya terdiam seketika menoleh saat mendengar suara Chika yang mendekat ke arahnya dan Zee.

"Chika, jangan teriak teriak nak ini masih pagi, nggak enak di dengar tetangga" Aya mencoba memperingati.

"Pergi dari sini!"

"Chik, tolong izinin aku ketemu sama Nachia, aku mau lihat keadaan dia yang lagi sakit! Nachia cari aku kan? Kamu nggak kasian sama dia?"

Seketika Chika menatap tajam ke arah sang bunda, pasti bundanya itu menceritakan semuanya kepada laki laki dihadapannya ini.

"Jangan mimpi aku bakal kasih izin kamu ketemu Nachia! Nachia nggak butuh ayah seperti kamu!" Setelah mengucapkan itu Chika langsung melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah.

"Zean, lebih baik kamu pulang dulu ya, Nachia nggak bakal kenapa kenapa, percaya sama bunda. Bunda akan coba bujuk Chika lagi" Ujar Aya kepada Zean sambil menepuk pelan bahunya,

"Tapi bun,"

"Tolong nurut kata bunda nak, sabar sebentar lagi ya"

Zee pun mengangguk pasrah, ia hanya bisa menuruti perintah sang mantan mertua. Memangnya mau bagaimana lagi? Nggak mungkin ia nerobos masuk nanti bisa bisa Chika teriak teriak. Ia akan mencoba memikirkan cara lain.

Menatap kepergian Zee yang pergi dengan raut wajah sedih, Aya pun masuk ke dalam rumah. Ia menghampiri Chika yang tengah duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan.

"Chika" Panggil nya lembut,

"Kalau bunda mau bahas dia, Chika nggak mau" Chika seperti sudah bisa menebak apa yang akan bundanya sampaikan.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang