TYD - tigapuluh enam

4.3K 689 56
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.





Setelah kejadian bekal waktu itu, Chika tidak benar benar memberi hukuman pada Nachia, ibu anak satu itu memilih untuk berbicara baik baik pada sang putri tapi tetap dengan nada yang tegas agar Nachia mengerti maksutnya dan mematuhi ucapannya.

"Mami tau Nachia memang lagi senang senangnya main sama papi, mami juga tau kalau Nachia suka iseng untuk mengungkapkan rasa sayang pada seseorang, tapi yang tadi itu sudah keterlaluan nak, sama aja kamu bohong sama mami dan papi. Kamu bohong sama mami karena bilangnya bekal itu buat kamu, kamu juga bohong sama papi karena bilang mami bikinkan bekal untuk papi padahal kan mami siapin itu untuk kamu"

Nachia hanya diam sambil mendengarkan semua ucapan Chika,

"Nachia say sorry mami, janji nggak akan ngulangin lagi" Lirih Nachia dengan mata yang memandang ke bawah, ia tak berani mendongakkan wajahnya karena takut,

Chika menangkup kedua pipi Nachia agar anak itu mau menatap matanya,

"Sayang, dengerin mami, sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Mami yakin Nachia paham apa maksut mami kan?"

Nachia mengangguk, "Maaf mami, maaf Nachia terlalu obsesi membuat mami sama papi kembali bersama, Nachia hanya ingin punya keluarga yang utuh" Mata anak itu nampak berkaca kaca,

"Keinginan Nachia itu tidak salah, semua orang juga pasti berharap seperti itu. Tapi mami mau misalkan memang mami sama papi masih diberi jodoh oleh Tuhan itu karena tulus dari hati masing masing, bukan karena paksaan kamu, oma, atau siapapun. Mami tidak mau merasakan sakit dan kecewa untuk kesekian kalinya sayang, boleh tolong mengerti?"

"Iya mami, maaf"

Chika merengkuh tubuh yang berukuran lebih kecil darinya, ia mengusap punggung Nachia yang sedikit bergetar, ia yakin anak itu pasti sedang menangis.

"Don't cry cintanya mami, mami nggak marah sama kamu"

"Hiks Nachia merasa bersalah sama mami dan papi"

Chika menggeleng, "Nachia nggak salah, maafkan mami sama papi belum bisa jadi orang tua seperti yang Nachia inginkan ya, tolong do'akan saja yang terbaik nak"

"No mami, mami adalah best mom ever in the world, papi pun begitu walaupun aku baru sebentar dekat sama papi tapi aku bisa merasakan papi always give me everything at every moment"

Setelahnya, mereka menyudahi acara saling berpelukan dan saling minta maaf itu. Digantikan oleh berita yang Nachia bawa bahwa ia terpilih untuk mengikuti Olimpiade matematika tingkat nasional. Ini adalah kabar yang sudah biasa Chika dengar, ia tak heran karena ia tau betapa cerdasnya Nachia, namun meskipun begitu ia tetap memberi respon yang antusias sekaligus bangga pada putri tunggalnya.

Nachia juga sudah sempat memberi kabar kepada Zean dan keluarganya saat ia berkunjung kesana keesokkan harinya. Tentu saja Garth family merasa senang sekaligus bangga mendengar hal itu, tak hanya itu sang opa dan oma bahkan sampai memberikan beberapa barang sebagai hadiah atas rasa bangganya.

.
.
.
.

Beberapa minggu telah dilalui, tak terasa Olimpiade yang Nachia ikuti akan dilaksanakan minggu depan. Selama kurang lebih tiga minggu ini Nachia amat sibuk belajar dan mendapat beberapa kelas tambahan dari guru matematika nya. Sampai sampai ia tak ada waktu untuk bermain maupun menghabiskan waktu santai bersama keluarganya.

Namun Zean tak mempermasalahkan hal tersebut, ia kerap kali mampir ke rumah Chika setelah pulang dari kantor hanya untuk menemui Nachia atau menemani anak itu belajar, tentunya Zean juga selalu membawakan makanan makanan favorit Nachia, katanya biar anaknya itu semakin semangat.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang