TYD - tigapuluh empat

4.5K 691 51
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.





Hanya ada keheningan didalam mobil yang dinaiki oleh Zean dan Chika. Keduanya tak ada yang berniat mengambil suara, Chika fokus dengan pikirannya sendiri, begitu pula dengan Zean.

Sedari tadi mata Chika hanya berani memandang ke kaca samping yang menampilkan suasana kota Jakarta dimalam hari, sementara Zean justru fokusnya terbagi dua antara jalanan di hadapannya dan juga wanita disampingnya.

Beberapa kali mata laki laki itu kerap mencuri pandang pada keindahan ciptaan Tuhan yang pernah menjadi miliknya, pesona seorang Yessica Alvariella memang tidak bisa diragukan. Sekarang sudah tidak berusia muda pun, kecantikannya tidak pernah pudar,

"Bener kata papa, aku pasti nggak akan rela lihat bidadari ini dimiliki orang lain, aku bakal mulai perjuangin kamu lagi Chika" Ucap Zean dalam hati, masih sambil memandang diam diam ke arah Chika,

Chika tak lagi memandang ke samping, sekarang ia sibuk dengan ponselnya. Rambut coklatnya yang kerap jatuh saat ia menunduk membuat Chika memutuskan untuk menyelipkan helai depannya pada telinga. Semua itu tidak lepas dari pandangan Zean,

"Cantik banget" Gumamnya pelan,

"Hah?"

Zean terkejut saat mengetahui ternyata Chika mendengar. Ya Tuhan, mau ditaruh mana mukanya?

"K-kenapa?" Tanya Zean, entah kenapa dirinya tiba tiba merasa gugup.

"Kamu ngomong apa tadi? ngomong sama aku?"

Ah sepertinya Chika tidak mendengar jelas kalimatnya, Zean sedikit merasa lega. Memang benar ya kata orang orang, Tuhan itu adil, makanya wanita cantik kebanyakan diberi kekurangan pada pendengarannya.

"Siapa yang ngomong? orang nggak ngomong apa apa"

"Iya? Aku salah denger berarti, tadi kayak ada yang ngomong"

Zean tak lagi menjawab, sekarang ia memfokuskan diri menatap depan. Tak mau curi curi pandang pada Chika lagi, takutnya jika wanita itu tiba tiba menoleh kan nggak lucu.

Akhirnya mereka berdua telah sampai dikediaman Chika, tadi Zean sengaja meminta Aldo pulang lebih dulu biarlah nanti dia pulang naik taksi saja.

"Mau mampir dulu?" Tanya Chika setelah menutup pintu mobilnya,

Zean mengangguk, "Mau ketemu Nachia" Katanya

Zean dan Chika melangkahkan kaki bersama menuju dalam rumah, ternyata Nachia dan Aya menunggu di ruang tamu.

"Mamiii" Nachia langsung memberikan pelukan kepada Chika, sedari tadi ia benar benar merasa khawatir dan takut sang ibu kenapa kenapa.

"Mami baik baik saja? Nggak ada orang yang jahatin mami kan? mobilnya udah bisa?"

Chika terkekeh mendengar pertanyaan bertubi tubi yang Nachia lontarkan kepadanya, "Everything fine sayang"

"Syukurlah, tadi Nachia sama oma panik sekali nggak tau harus gimana, akhirnya kepikiran buat telfon dan minta tolong ke papi"

"Ohh jadi kamu yang minta papi tolongin mami?"

"Hehehe" Nachia hanya menampilkan senyum cengengesannya didepan Chika. Selanjutnya ia menghampiri Zean yang berdiri disamping Chika,

"Papi, thank you so much udah tolongin mami"

"Sama sama sayang, kamu nggak mau peluk papi? kangen loh papinya ini"

Dengan segera Nachia masuk kedalam dekapan hangat Zean,

"Padahal kemarin ketemu loh papi" Ucap Nachia saat masih berada di pelukan Zean,

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang