TYD - tigapuluh satu

4.7K 665 88
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.





Tadinya Chika sempat menolak keinginan Nachia untuk bertemu dengan Aran. Tapi setelah Nachia beberapa kali memohon akhirnya Chika luluh.

Hari ini adalah hari sabtu, Nachia sedang libur sekolah, Zean dan Chika juga libur ke kantor, waktu yang sangat pas untuk mereka membuat janji dengan Aran, ah lebih tepatnya sih Zean yang menghubungi Aran melalui sang adik ipar alias Aldo karena sejujurnya Zean enggan kembali berkomunikasi dengan Aran.

Nachia berjalan lebih dulu bersama Zean dengan tangan keduanya yang saling menggenggam, sementara Chika membuntuti anak dan ayah itu dari belakang.

"Itu om Aran, papi?" Nachia bertanya kepada Zean saat melihat seorang laki laki tengah duduk sendirian di sebuah Restoran tempat mereka membuat janji,

"Iya"

Ini adalah pertama kalinya Nachia bertemu dan melihat wajah seorang Aran Alexander. Nachia memandang lekat wajah seseorang yang telah membuat keluarganya menjadi seperti sekarang,

"Woi bro, widihh udah baikan kah? ikut seneng deh gue" Ucap Aran saat melihat tiga orang yang berdiri dihadapannya,

"Om Aran" Lirih Nachia,

"Hai cantik! Kamu pasti Nachia ya? sini duduk, mau dengar cerita apa dari om?"

Tubuh Chika menegang, ini pertama kalinya juga ia kembali bertemu Aran setelah kejadian di taman belasan tahun yang lalu. Kejadian yang membuat Zean akhirnya salah paham dan memutuskan untuk pergi.

"Chik, duduk sini" Zean mempersilahkan Chika duduk di dekat Nachia, karena memang disitu satu satunya tempat yang masih tersedia,

"Om Aran, Nachia boleh tanya?" Si Nachia Nachia ini sepertinya mempunyai sifat yang sama dengan sang papi yaitu tidak suka basa basi, baru sampai bukannya menikmati hidangan terlebih dahulu tapi malah langsung mengajukan pertanyaan,

"B-boleh" Nyali Aran sedikit ciut melihat tatapan tajam dari gadis kecil dihadapannya, lucu lucu gini ternyata kalau mode serius serem juga, batin Aran.

"Benar om Aran yang membuat papi sama mami bertengkar? yang akhirnya membuat papi pergi meninggalkan Nachia dan mami? Kenapa om Aran lakukan itu?"

Zean mengelus pundak Nachia agar anak itu sedikit tenang,

"Kita minum dulu ya"

"Nachia nggak mau minum, Nachia mau om jawab pertanyaan Nachia"

Aran menelan ludah mendengar nada ketus dari Nachia, anak ini benar benar mewarisi sifat Zean saat marah menyeramkan.

"Iya benar, om memang melakukan semua itu, karena om iri dengan kehidupan ayah kamu yang begitu sempurna, saya memang egois hanya mementingkan perasaan saya sendiri tanpa memikirkan akibat dar-"

"Tanpa memikirkan bagaimana nasib mami saya yang berjuang membesarkan saya seorang diri saat papi pergi karena kesalah pahaman yang om ciptakan, om juga pasti tidak memikirkan bagaimana anak perempuan ini tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah? apa om juga tau selama ini saya selalu dibully dan diblang anak haram karena tidak punya ayah? om juga pasti nggak tau kan saya sering menangis sendirian setiap malam karena semua ini, bukan hanya Nachia, mami sama oma juga sering menangis diam diam karena hal ini, bagaimana bisa om sejahat itu pada kami? apa papi atau mami sebelumnya pernah melakukan hal jahat kepada om?"

Kali ini bukan hanya Aran yang terkejut, Zean dan Chika sebagai orang tua dari gadis itu juga terkejut mendengar betapa beraninya gadis kecil ini mengutarakan semua perasaan sakit hatinya.

"Nachia" Panggil Chika, ia tak mau sang anak lepas kendali karena bagaimanapun juga Nachia berbicara kepada orang yang lebih tua dan jangan lupakan posisi mereka sedang berada di tempat umum.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang