✨🤍✨
.
.
.
.
."Zean"
Zee yang sedang berbaring didalam kamarnya segera menghampiri Gracia karena merasa namanya terpanggil.
"Ma" Tegur Zee
"Kenapa?"
"Kan mama tau, Zee tidak suka panggilan itu"
Gracia tersenyum getir, tangannya terulur membelai rambut lebat sang putera yang saat ini posisinya sudah kembali berbaring dengan pahanya yang menjadi bantal.
"Kalau dipanggil pakai nama itu, jadi inget Chika ya?"
Zee hanya diam tak berniat menjawab pertanyaan sang mama, karena menurutnya Gracia pasti sudah tau apa jawaban yang ada di dalam hati Zee.
"Tidak ada niat mencarinya nak? Sudah lima belas tahun berlalu, anakmu pasti sekarang sudah besar, seumuran dengan Nala" Sebenarnya Gracia tau, pembahasan ini sangat sensitif untuk Zee, tapi sebagai ibu dirinya juga tidak tega melihat sang anak yang terus terjebak pada rasa sakit dimasa lalu. Gracia tau betapa besar cinta yang dimiliki oleh anaknya itu untuk pujaan hatinya.
"Belum tentu anak Zee ma, kenapa harus peduli?"
"Mama masih sangat yakin itu anakmu Zee, cucu mama. Selama lima belas tahun mama tidak pernah lagi bertemu dengan mereka, semenjak kamu minta papa dan mama pindah rumah supaya Chika tidak mengetahui keberadaan kami. Mama juga ingin memeluk cucu mama Zee, mama ingin melihat seperti apa parasnya"
"Ma, sudah ya, jangan dibahas lagi, mama tau Zee tidak suka pembahasan ini"
"Sampai kapan nak? Mama hanya tidak ingin kamu menyesal dikemudian hari, jadi kalau boleh mama minta tolong, kamu cari tau semua kebenarannya ya? Mama janji, kalau memang terbukti anak itu bukan anak kamu, mama tidak akan pernah membahas mereka lagi dihadapan kamu"
Zee terdiam, sebenarnya ada benarnya semua yang dikatakan oleh sang mama. Tapi dirinya masih denial, jika boleh jujur, sampai detik ini tidak ada nama wanita lain yang mengisi hati Zee selain Chika. Dan soal anak mereka, sebenarnya Zee juga yakin kalau itu anaknya, hanya saja ia terlalu egois, hatinya sudah tertutupi oleh rasa kecewa.
"Nanti Zee akan coba ya ma"
Gracia tersenyum hangat dan mengangguk, memang anak laki lakinya ini tidak pernah bisa menolak permintaannya, bahkan jika Gracia ingin dibuatkan patung di puncak gunung sana, ia yakin Zee akan menyanggupi detik itu juga.
.
.
.
.Di lain tempat,
Nachia baru saja pulang sekolah, karena ada beberapa kegiatan dari ekstrakurikuler yang ia ikuti, hal itu membuatnya sedikit pulang terlambat hari ini. Langit sudah hampir berubah warna, semburat senja yang indah sudah mulai berubah semakin gelap.
"Nachia pulang!" Teriaknya begitu memasuki rumah minimalis yang menjadi tempat ia tinggal bersama mami dan juga neneknya.
Nachia melihat seorang wanita paruhbaya tengah duduk santai di sofa, dengan koran yang ada di tangannya dan kacamata kuno yang bertengger di hidung mancungnya.
"Oma! Nachia pulang loh"
Wanita itu menoleh, mengalihkan atensi pandangan dari koran menuju cucu semata wayangnya.
"Eh, sudah dari tadi? Kok oma tidak dengar"
"Oma terlalu fokus membaca koran"
"Maaf ya sayang"
Nachia mengangguk, dirinya bergerak untuk mencium tangan sang nenek, tak lupa juga ia berikan kecupan kecil pada kedua pipi neneknya.
"Mami belum pulang oma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Yang Ditunggu (END)
Chick-LitKamu bisa pergi kemanapun kamu mau, tetapi pada akhirnya cinta tau dimana rumahnya maka dari itu ia tau kapan dan kemana ia harus pulang - Zee & Chika . . . . . . . . . .