✨🤍✨
.
.
.
.
.Sedari tadi Nachia berdecak kesal, tangannya ia letakkan di pinggang menahan pegal karena terus berdiri menanti taksi yang lewat didepan sekolahnya. Tumben sekali hari ini tak ada taksi yang lewat satu pun padahal biasanya banyak berlalu lalang.
"Ish! Mana handphone aku mati karena lowbatt, jadi gak bisa hubungin mami"
Ia jadi menyesal tadi menolak tawaran papa Nala untuk mengantarkannya pulang. Karena Nachia merasa sungkan, Nala dan keluarganya kan sedang ada acara takutnya kalau harus mengantar dirinya lebih dulu nanti mereka terlambat, pikir Nachia.
Mata gadis itu melihat sebuah mobil berwarna merah bertuliskan nama nama daerah, dan ada beberapa orang berbondong bondong memasukinya.
"Apa aku naik angkot aja ya? kayaknya bukan ide yang buruk"
Nachia melangkahkan kaki mendekat ke arah angkot, sebelum benar benar masuk, ia ingin memastikan sesuatu. Nachia bergerak menuju abang abang yang mengemudikan angkutan kota ini.
"Bang, lewat perumahan Bougenville enggak?" Tanya Nachia, karena takut takut nanti dirinya sudah naik malah nyasar kan lebih repot lagi.
"Waduh gak lewat neng, tapi kita lewat jalan patimura tinggal jalan kaki sedikit kan sampai tuh di jalan perumahannya"
Nachia nampak berpikir sebentar, memang benar sih apa yang dikatakan abang angkot ini jalan yang disebutkan tadi letaknya tidak terlalu jauh dari perumahan tempat ia tinggal. Rasanya tidak apa apa jika dia harus jalan kaki sedikit, hitung hitung olahraga daripada ia harus menunggu taksi yang tidak tau kapan sampainya? Apalagi suasana sekitar sekolah sudah mulai sepi.
Ini pengalaman pertama seorang Nachia naik kendaraan umum berupa angkot. Jujur, seru sih, tapi Nachia sedikit merasa tak nyaman karena harus berdesakan dengan banyak orang, apalagi yang badannya lebih besar darinya. Mungkin kalau angkotnya sepi, akan lebih seru lagi, pikirnya.
Sebelum turun di pinggir jalan, tak lupa Nachia menyerahkan selembar uang berwarna ungu alias sepuluh ribu rupiah untuk diberikan kepada supir angkot.
Kemudian ia mulai melangkahkan kaki menuju rumah. Memang dasarnya Nachia ini usil dan tidak bisa diam jadi sambil jalan, ada aja sesuatu di hadapannya yang ia tendang tendang.
Nachia menendang sebuah kaleng bekas minuman di hadapannya, dan tak sengaja mengenai seekor Anjing yang tengah tertidur di pinggir jalan. Mata anjing yang semula tertutup, kini terbuka dan melihat ke arah Nachia.
"Ow ow" Nachia mendekap mulutnya dengan kedua tangan, sepertinya ini tanda bahaya.
"Guk guk guk!"
"Larii selamatkan diriii!"
Dengan sekuat tenaga Nachia berlari kencang ditrotoar untuk menghindari kejaran seekor anjing yang terlihat juga berlari mengejarnya.
"Guk guk guk!"
"Huaaa mamiii!"
Nachia menambah level kecepatan larinya semaksimal mungkin, beberapa kali ia terlihat hampir tersandung karena keadaan jalan yang tidak rata. Dirasa sudah tidak kuat lagi berlari, Nachia menghentikan mobil yang tak sengaja lewat di hadapannya, ntah siapa pengemudi nya ia tak peduli.
Mobil di hadapannya berhenti, Nachia buru buru membuka pintu dan kembali menutupnya.
"Tolong, saya dikejar anjing gal- loh! Om Jin!"
Nachia terkejut saat menoleh untuk melihat siapa pemilik mobil yang ia tumpangi ini. Benar sekali, itu adalah mobil paman dari sahabatnya. Alias mobil Zee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Yang Ditunggu (END)
Genç Kız EdebiyatıKamu bisa pergi kemanapun kamu mau, tetapi pada akhirnya cinta tau dimana rumahnya maka dari itu ia tau kapan dan kemana ia harus pulang - Zee & Chika . . . . . . . . . .