TYD - limapuluh

3.9K 567 58
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.




Tak terasa pernikahan Zean dan Chika telah berjalan selama dua bulan lamanya. Sejauh ini rumah mereka masih terus dipenuhi oleh kebahagiaan dan kenyamanan. Ya walaupun tetap saja ada beberapa hal kecil yang memicu perdebatan tapi Zean dan Chika bisa mengatasi secara tenang sehingga tidak menjadi besar atau berlarut larut.

Meskipun tidak ada perdebatan, Rumah yang berisi dua orang dewasa serta satu orang anak perempuan itu setiap hari rame, ada aja tingkah yang dilakukan oleh putri semata wayang mereka setiap harinya. Sebenarnya tidak hanya Nachia, bahkan Zean dan Chika pun sekarang seperti sudah ketularan tingkah tingkah random anaknya. Tapi yang terutama sih Zean, karena sebenarnya Nachia bisa seaktif itu kan juga memang keturunan bapaknya.

Seperti pagi ini, Chika baru saja selesai menyiapkan makan pagi untuk anak dan suaminya. Tadi sebelum masak, dia sudah membangunkan keduanya untuk pergi bersiap siap karena hari ini adalah hari senin jadi Nachia harus sekolah dan Zean harus pergi ke kantor.

Chika memandang puas hasil karyanya yang tersusun rapi di meja makan, tidak neko neko, ia hanya memasak pasta dengan bumbu carbonara dan menggoreng beberapa sosis. Serta menyiapkan minuman segelas susu untuk Nachia, dan secangkir teh yang diberi madu untuk Zean dan dirinya.

Senyum yang Chika tampilkan tidak bertahan lama setelah mendengar teriakan teriakan dari lantai dua rumahnya.

"MAMII! BUKU SAINS NACHIA DI MEJA BELAJAR KOK NGGAK ADA?!"

"SAYANG! DASI AKU YANG WARNA BIRU LANGIT MOTIF KOTAK KOTAK WARNA ABU KOK BELUM DI CUCI??!"

Chika membuang nafas kasar, memang seperti ini lah suasana pagi harinya setiap hari. Ada saja barang dua orang itu yang hilang atau tidak berada ditempat, padahal sebenarnya ada tapi mereka yang malas mencari dan mengandalkan Chika.

Dengan terpaksa Chika harus kembali naik untuk menghampiri ayah dan anak itu sebelum teriakan mereka semakin kencang. Yang pertama Chika memasuki kamarnya untuk melihat Zean.

"Apa sih mas?" Tanya Chika,

"Dasi aku sayang, yang warna biru langit itu loh yang motifnya kotak kotak warna abu abu yang kita beli pas jalan minggu lalu"

Chika mencoba mengingat barang yang dimaksud oleh suaminya, dirinya mencoba melihat ke laci khusus yang berisi tumpukan dasi di Walk in Closet kamarnya.

"Bukannya dasi itu kamu pake jum'at kemarin? Berarti belum sempet aku bawa ke laundry" Kata Chika,

"Yah kamu gimana sih, kan aku mau pake hari ini"

"Kan dasi kamu ada banyak mas, lagian jum'at kemarin udah dipake masa ini mau pake itu lagi? Nanti dikira kamu nggak punya dasi yang lain padahal mah banyak tuu setumpuk di laci"

"Tapi hari ini jas aku mecing nya sama dasi yang itu Chika, hari ini aku ada rapat penting makanya mau pake yang bagus"

"Yang lain kan juga banyak yang bagus, bentar aku cariin yang warnanya cocok juga"

Zean hanya terduduk diam didepan meja rias, menunggu Chika yang tengah mengotak atik laci demi mencari dasi yang pas untuk dirinya. Tak butuh waktu lama, wanita itu menemukan.

"Yang ini aja ya, nih cocok juga kok warnanya senada sama jas kamu"

Zean mengangguk karena ia percaya pilihan Chika sudah pasti bagus,

"Nih" Chika menyerahkan dasi tersebut,

"Pakein sayang"

Chika memutar bola matanya malas jika Zean sudah mode merengek seperti ini, dengan telaten ia memasangkan dasi itu pada kerah kemeja sang suami sampai membentuk simpul yang apik.

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang