✨🤍✨
.
.
.
.
.Satu tangan Chika menggerakkan sisir dari depan menuju belakang rambut Nachia, satunya lagi memegang sebuah ikat rambut yang berwarna merah muda dan berbentuk pita. Kegiatan ini memang sudah menjadi rutinitas yang Chika lakukan sebelum Nachia berangkat ke sekolah, padahal gadis itu beberapa kali protes dengan berkata bahwa dia bukan anak kecil lagi yang masih harus dikuncirin rambutnya oleh sang mami, namun Chika memaksa karena menurutnya ini adalah salah satu moment favoritnya yang bisa sekaligus digunakan deeptalk pagi hari bersama Nachia.
"Nah sudah cantik kesayangan mami, muach" Chika memberikan kecupan singkat di pipi Nachia, matanya menatap ke depan dimana ada cermin yang menampilkan wajah keduanya,
"Terimakasih mami"
"Sama sama sayang, udah yuk turun bawa tas nya, oma udah nungguin kita untuk sarapan habis itu baru deh mami antar ke sekolah"
Nachia menoleh menatap ke arah Chika, "Nachia hari ini diantar papi, boleh nggak mami? Sekalian sama Nala juga"
Chika langsung mengiyakan tanpa perdebatan, ia membiarkan Nachia melakukan banyak hal bersama Zean untuk menebus waktu yang selama ini hilang. Chika merasa Nachia memang sedang senang senangnya melakukan daily rutin dengan melibatkan Zean didalamnya, tak apa lah toh memang laki laki itu kan ayahnya.
Ibu dan anak itu kompak menuruni anak tangga dari kamar menuju ruang makan yang letaknya dekat dengan dapur, disana terlihat Aya sudah menunggu.
"Selamat pagi oma" Sapa Nachia dengan nada cerianya,
"Pagi kesayangan oma, cantik banget sih dikuncir begitu mana pake pita lagi"
"Iya dong oma, kan mami yang dandanin" Anak itu terlihat bangga dengan penampilannya yang dibuat sedemikian rupa oleh Chika,
"Kamu mau sarapan pakai apa sayang?" Tanya Chika mengalihkan pembicaraan antara oma dan cucunya itu,
"Mau nasi goreng aja mami, pakai sosis"
Sambil menunggu Chika mengambilkan makanan untuknya, Nachia nampak terdiam sepertinya gadis kecil itu sedang memikirkan sesuatu, sebuah rencana yang menurutnya akan sangat lucu jika berhasil.
"Mami" Panggil Nachia tiba tiba,
"Kenapa?"
"Nachia mau dibuatkan bekal, sandwich juga boleh deh biar gampang terus simple karena nggak perlu dimasak"
Chika mengerutkan keningnya heran, "Tumben kamu mau bawa bekal? ini kan udah sarapan dirumah kenapa mau bawa sandwich?"
"Memangnya nggak boleh kalau Nachia lagi ingin makan sandwich buatan mami?" Nachia menampilkan wajah yang sengaja ia buat sedih, agar sang mami mau menuruti permintaannya,
"Yaudah tunggu bentar, mami buatkan, kamu sarapan dulu sama oma"
Nahkan, jurus Nachia memang selalu ampuh untuk Chika. Anak itu tersenyum puas dalam hati, lalu mulai melahap sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan sosis di piring yang ada dihadapannya.
Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Chika menyiapkan bekal, ia menyerahkan kotak berisi makanan itu kepada Nachia.
"Nih, mami ada bawain buah juga itu biar kamu nggak jajan sembarangan nanti"
"Yeayy, thank you so much mami" Nachia menghadiahkan sebuah kecupan pada pipi Chika atas bekal yang sudah disiapkan.
Tin... Tin...
Terdengar suara klakson mobil dari luar rumah, tanpa bertanya Chika sudah tau itu pasti suara mobil Zean yang datang untuk menjemput Nachia.
"Itu papi, Nachia berangkat dulu ya mami, oma"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Yang Ditunggu (END)
أدب نسائيKamu bisa pergi kemanapun kamu mau, tetapi pada akhirnya cinta tau dimana rumahnya maka dari itu ia tau kapan dan kemana ia harus pulang - Zee & Chika . . . . . . . . . .