TYD - duapuluh satu

4.1K 576 26
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.




Terlihat Dokter Eli sedang serius melakukan pemeriksaan terhadap Nachia. Mulai dari detak jantung dan juga tensi darah. Meskipun keadaan Chika yang masih kacau, namun nyatanya ia tetap ada disamping Nachia saat pemeriksaan berlangsung.

"Gimana tante?" Tanya Chika setelah Dokter Eli melepaskan stetoskop dari kedua telinganya,

"Demam biasa kok chik, tapi ya memang cukup tinggi ini kayaknya karena kecapekan sama telat makan ya?"

Chika mengangguk, "Akhir akhir ini emang kegiatan di sekolahnya lagi padet banget tan, terus soal makan emang dari semalem dia nggak mau makan karena lagi berantem sama aku"

Eli menggelengkan kepala mendengar penjelasan Chika, ia memang sudah biasa melihat keponakannya ini bertengkar dengan anaknya sendiri.

"Habis ini langsung disuruh makan ya, sama ini tante kasih obat nanti diminum setelah makan"

Chika menerima beberapa tablet obat yang diberikan oleh Dokter Eli, lalu ia letakkan di nakas yang berada di samping tempat tidur Nachia. Setelah selesai membereskan alat alat pemeriksaannya, Dokter Eli diantar keluar kamar oleh Chika sekalian ia ingin mengambil makan untuk ia suapkan kepada Nachia.

.
.
.
.

Sementara itu, Zee sekarang sudah berada di rumahnya setelah pulang dari kediaman Chika. Dengan langkah lesu, Zee memasuki pintu rumah. Ternyata ia telah disambut oleh Gracia, Christy dan juga Sean. Aldo tidak ada disana karena masih harus menyelesaikan pekerjaan di kantor yang harusnya hari ini dikerjakan oleh Zee. Sementara Nala tengah asik sendiri di dalam kamarnya.

"Kak, akhirnya kamu pulang, gimana hasilnya nak?" Gracia dengan penuh antusias menyambut kedatangan anak sulungnya.

Zee tidak mengucapkan sepatah kata apapun, dia hanya menyerahkan surat hasil tes DNA kepada Gracia sebelum terduduk lemas menyandarkan diri pada sofa ruang tengah rumahnya.

Gracia dengan cepat membuka amplop yang berisi surat pemberian dari Zee.

"Gimana hasilnya ma?" Tanya Sean yang juga ikut penasaran, dirinya sampai merelakan pulang dari kantor lebih awal setelah mendapat kabar dari Gracia jika Zee telah melakukan tes DNA bersama Nachia.

"Positif!"

"Serius ma?" Tanya Christy memastikan, Gracia pun memberikan anggukan lalu meminta Christy untuk membaca sendiri.

"Kita ke rumah Chika sekarang" Ajak Gracia yang sudah sangat heboh, tak sabar memeluk erat cucunya.

"Zee sudah habis dari sana ma"

"Terus, kok Nachia nggak kamu ajak kesini sih kak" Protes Gracia kepada Zee,

Zee membuang nafas kasar, "Menurut mama, apa akan semudah itu Chika mengizinkan aku ketemu Nachia?"

"Kak Chika nggak kasih izin ya? Harusnya nggak boleh gitu dong! Nachia kan anak kamu juga Kak Zee" Christy mencoba mengutarakan apa yang ia rasa,

"Iya, anak yang aku telantarkan selama lima belas tahun, apa masih pantas dipanggil papi sama Nachia?"

Seketika Gracia dan Christy terdiam mendengar ucapan Zee. Sedari tadi mereka heboh melihat hasil tes DNA itu, tapi mereka seperti mengabaikan bahwa semenjak masuk tadi, Zee nampak seperti orang linglung yang kehilangan semangat hidup.

"Kamu tadi ketemu Chika, kak? Apa yang kalian obrolkan?" Tanya papa Sean sambil menepuk pelan bahu Zee.

"Kami bertengkar cukup hebat, pa. Chika sama sekali nggak mengizinkan aku ketemu sama Nachia, tapi Zee rasa memang Zee pantas mendapatkan semua ini"

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang