TYD - limapuluh enam

3.4K 528 45
                                    

✨🤍✨
.
.
.
.
.




Keluarga Zean dan Chika kini masih betah berada di panti asuhan. Sementara Zean masih betah bermain sepak bola bersama para anak laki laki, setelah puas bermain dengan anak bayi, kini Chika dan Nachia sedang asyik bermain congklak bersama para anak perempuan. Namun, sedari tadi ada yang mencuri perhatian Chika, ada seorang gadis yang duduk terdiam sendirian di sebuah ayunan yang ada diujung taman.

"Sayang, kamu terusin dulu main sama adik adik ya, mami mau samperin anak itu dulu" Pesan Chika pada Nachia sambil menunjuk anak yang terus ia perhatikan tadi,

Nachia hanya mengangguk karena dirinya masih asyik bermain dengan anak anak yang lain, sepertinya anak itu benar benar merasa senang dan nyaman bermain disini.

Beralih pada Chika, yang kini sudah berdiri didekat gadis tadi,

"Halo, tante boleh ikut duduk?" Memang disana terdapat dua buah ayunan, jadi disamping anak tadi ada satu ayunan yang kosong.

Anak itu mengangguk, tanpa bersuara dan memberikan jawaban apapun. Hal itu membuat Chika semakin penasaran dengannya, dari sorot matanya sih menunjukkan jika anak ini sedang terlihat tidak baik baik saja.

"Boleh tante tau nama kamu sayang?" Chika berusaha mengajaknya berkomunikasi,

"Trisha" Jawabnya singkat,

"Trisha? Wah namanya cantik sekali sama seperti wajah pemiliknya" Puji Chika,

"Terimakasih"

"Trisha kenapa duduk sendirian disini? Kenapa tidak bermain sama teman teman yang lain?"

Gadis pemilik nama Trisha itu hanya menggeleng pelan, membuat Chika mengerutkan kening bingung,

"Mereka tidak suka aku ikut" Jawaban lirih dari Trisha, membuat Chika semakin menampilkan wajah heran.

"Apa yang membuat Trisha berpikir seperti itu?"

"Tidak tau, tapi setiap aku ikut bermain, pasti mereka langsung menghindar, daripada tertolak mending aku sadar diri aja dan bermain sendiri"

Chika terdiam, tak tau harus bereaksi seperti apa.

"Yasudah, main sama tante aja yuk"

"Emang tante mau main sama anak pembawa sial seperti aku?"

"Hei, kenapa bicara begitu sayang? Siapa yang mengatai kamu seperti itu?"

"Ayahku, sebelum ayah meninggal ia selalu bilang aku anak pembawa sial karena udah bikin ibu meninggal saat melahirkan aku, nenek sudah meninggal dari lama, sedangkan kakek meninggal karena tertabrak mobil saat mengejarku yang asyik bermain di taman kota. Maka dari itu, nenek dan kakek dari ayah menuruhku disini, karena tidak mau ikut meninggal seperti yang lainnya. Tante jangan dekat aku, nanti tante jadi sial"

Chika cukup terkejut mendengar cerita dari Trisha, "Tidak ada yang namanya anak pembawa sial. Mereka semua meninggal karena memang sudah takdir, Tuhan sudah menggariskan usia mereka cukup sampai disana. Trisha nggak boleh ngomong seperti itu ya"

"Tapi memang kenyataannya seperti itu"

Chika menggeleng, "No, tidak begitu sayang"

Keduanya sama sama terdiam, Trisha masih memandang kosong ke arah depan, sementara Chika masih betah memperhatikan wajah sendu anak dihadapannya ini dengan rasa iba.

"Tante"

"Iya?"

"Boleh peluk? Trisha sedang rindu ibu, walaupun kami tidak pernah bertemu"

Temu Yang Ditunggu (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang