✨🤍✨
.
.
.
.
.Zee tengah duduk di sebuah kursi yang ada di ruangan pribadinya di kantor milik sang papa. Semenjak pulang ke Indonesia, Zee memang memilih untuk bekerja di perusahaan Sean, itu bukan berarti Zee tidak punya perusahaan sendiri. Tentu ia punya, tapi berada di Swiss sana. Ia hanya memantau semuanya dari Indonesia, mungkin jika sedang ada hal yang amat penting dan genting barulah ia pergi melihat langsung, lagian semua pekerjaan disana sudah ia pasrahkan pada orang kepercayaannya sekaligus sahabatnya yang bernama Daniel.
Semburat jingga di langit pada saat pergantian siang dan malam, biasanya membuat seseorang yang memandang menjadi tenang. Namun tidak dengan Zee, sejak kembali datang Indonesia pikirannya terus berkecamuk. Bingung, itu satu hal utama yang ia rasakan. Bohong jika dia tidak rindu pada sang pujaan hati, bahkan sampai detik ini pun Zee masih kerap memandang satu satunya foto wanitanya yang ia simpan di ponsel.
Tunggu tunggu, wanitanya? Apakah masih pantas jika ia memanggil Chika dengan sebutan itu?
Hah! Pesona seorang Chika Alvariella memang bukan main, bahkan waktu lima belas tahun pun tak mampu membuat seorang Elzeeano lupa padanya. Sekian tahun berlalu, sang nenek kerap kali menjodohkan Zee dengan berbagai jenis wanita cantik di Swiss, nyatanya semuanya tak ada yang bisa mengisi relung hati, karena hanya nama Chika yang bersarang disana.
"Berat tuh kayaknya masalah kalau dilihat lihat, sampe begitu banget mikirnya"
Zee menoleh pada sumber suara, seseorang telah masuk kedalam ruangannya yang ntah sejak kapan, ia pun sampai tak sadar.
"Diem do!" Yang masuk ke dalam ruangannya tadi memanglah Aldo yang sebenarnya posisinya bukan hanya sebagai adik ipar tapi juga sahabat. Dulu memang mereka bersahabat saat masa seragam abu abu. Zee, Christy, Aldo dan Chika sering menghabiskan waktu bersama dan dari situlah benih benih cinta muncul diantara mereka semua.
"Percuma dipikir sampai sebegitunya kalau gak ada pergerakan"
Zee hanya diam tak menanggapi ucapan yang Aldo lemparkan,
"Mau gue bantu cari keberadaannya?"
"Keberadaan siapa? Gak usah ngada ngada deh, udah sore, mending sekarang kita pulang"
Zee berdiri dari duduknya, menyahut tas yang ia taruh di laci lalu melangkah keluar dari ruangannya.
"Ck! Dasar kepala batu! lagi dikasih tau malah gue ditinggal" Aldo menggerutu sambil mengikuti Zee dari belakang,
Di lobby, ternyata Sean sudah menunggu sang anak dan sang menantu disana untuk pulang bersama seperti hari hari biasanya. Sean mengernyit kala melihat Zee sendiri, pasalnya bukannya tadi ia meminta Aldo memanggil Zee untuk diajak pulang?
"Kok sendiri? Aldo mana?" Tanya Sean pada Zee,
"Tuh dibelakang"
"Kenapa kamu tinggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Yang Ditunggu (END)
ChickLitKamu bisa pergi kemanapun kamu mau, tetapi pada akhirnya cinta tau dimana rumahnya maka dari itu ia tau kapan dan kemana ia harus pulang - Zee & Chika . . . . . . . . . .