Angel benar-benar panik. Ia tidak tenang, sedari tadi selalu bergerak gelisah ditempat. Tak tau lagi akan melakukan apa, menelfon Zee tapi panggilannya selalu ditolak. Dan sekarang panggilannya tak kunjung dijawab.
Ting
Pesan kembali masuk dari ponselnya dan dengan cepat Angel mengecek.
0812567xxxx
Ucapkan selamat tinggal padanyaAngel meremas ponselnya kuat. Sebuah gambar menampilkan pisau yang berlumuran darah.
Angel semakin tak tenang. Ia terus mondar-mandir didekat brankar Freon.
Ceklek
Pintu terbuka dan menampilkan Indah dari sana.
"Kenapa, Ngel? Lo kok kayak panik gitu?" Herannya berjalan meletakkan buah yang ia bawa diatas nakas
"G-gue, gue ga apa-apa" Jawab Angel berusaha tenang mengatur ekspresi wajahnya.
Indah tidak yakin, ia maju dan melihat Angel lebih dekat lagi "Lo keringatan gini. Ada yang lo pikirin?" Tanyanya
"Iya, gue cuma khawatir sama Freon" Bagus, Angel punya alasan yang tepat.
Indah mengangguk saja walau tak yakin sepenuhnya. "Gue yakin Freon bentar lagi sadar"
Angel hanya diam dan menghiraukan Indah. Dan sekarang Indah semakin yakin bahwa Angel sedang menutupi sesuatu.
"Mending lo cuci muka sana, biar lebih seger"
Angel menatap Indah datar. Lalu ia menatap Freon.
Indah tau apa yang dipikiran Angel. Menghembuskan nafas pelan, ia berkata "Gue akan ngejaga dan nggak akan nyakitin"
Angel menghembuskan nafas kasar, akhirnya ia mengangguk "Gue titip, ya" Indah mengangguk seraya tersenyum.
Pikiran Angel terus tertuju pada Zee dan Ellan. Bagaimana keadaan mereka? Semoga baik-baik saja.
Angel menatap pantulan wajahnya yang ada dicermin. Begitu pucat terlihat seperti orang yang memiliki beban pikiran. Dan memang benar adanya. Angel pusing memikirkan teror dan Freon yang tak kunjung sadar. Sudah masuk dua minggu sejak kejadian dimana Freon kecelakaan.
Membasuh wajahnya, Angel mengusap kasar. Lalu ia ambil beberapa helai tidu untuk mengeringkan wajahnya yang basah. Setelah selesai Angel mengeluarkan ponselnya untuk melihat apa Zee menghubunginya kembali? Ternyata tidak. Angel kembali menyimpan ponselnya.
Berjalan keluar toilet, ponselnya berdering, dengan cepat ia mengambil ponselnya.
"Hallo?" Bukan Zee yang menelfonnya tapi Aran
"Veros udah sadar. Kita semua disini ngumpul, lo dimana?"
Bagaikan pelangi yang datang seusai hujan. Angel seketika dibuat senang. Ia tersenyum tanpa sadar mendengar berita yang disampaikan Aran.
"Serius? Nggak bercanda kan?"
"Serius, ini lagi diperiksa dokter"
"Gue lagi ditoilet. Gue bakal kesana" Ujar Angel
"Oke, buruan"
Panggilan terputus dan Angel langsung berlari menuju ruang dimana Freon dirawat. Hingga dipertigaan lorong tanpa sadar Angel hampir saja menabrak sebuah brankar yang lewat didepannya.
Mengatur nafasnya yang memburu karena kaget, Angel menatap perawat itu untuk meminta maaf. Setelah mendapat respon dari perawat, Angel kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.