Enam : Tiba-tiba

4.5K 382 29
                                    

Di dalam kamar, Angel membaringkan Shani dengan hati-hati ke atas kasur lalu menarik selimutnya.

Pandangan Shani tidak lepas memperhatikan Angel yang raut wajahnya terlihat lelah dengan semua masalah di hidupnya.

"Dede ga beneran pergi kan? Dede tetep disini sama cici, iya kan?" Ucap Shani yang menaruh ketakutan jika Angel benar-benar akan pergi dari rumah

Lalu Angel tersenyum menatap Shani dan duduk di tepi kasurnya.

"Kamu ga boleh ninggalin cici sendiri disini, ga pokonya cici ga izinin kamu pergi kemanapun" Ucap Shani setelah mendudukkan dirinya

Sedangkan Angel berusaha menenangkan Shani yang terlihat emosional.

"Hei.. Cici, aku ga akan ninggalin cici kemana-mana. Siapa yang bilang kayak gitu? Tapi.. aku emang harus pergi sementara waktu yaa, cici ga perlu cari-"

"GAK!! Ini rumah dede. Tadi dede bilang kalo dede mau terus sama cici kan? Artinya dede ga boleh pergi meskipun itu sementara" Kekeuh Shani

Angel menatap sendu ke arah Shani yang mulai menangis sesenggukan. Lalu Shani mendekati Angel untuk ia peluk.

Angel pun membalas pelukannya dan memberikan usapan lembut di punggung Shani.

"Jangan dengerin papa de.. Papa tu gatau apa yang cici dan kamu butuhin. Jangan pergi ya sayang, cici gamau sendirian" Shani terus memohon pada Angel agar ia tidak meninggalkannya seorang diri

"Tapi aku gamau ngeliat cici dikasarin papa cuma karna cici deket dan ngelindungi aku"

Shani pun melerai pelukannya dan menatap lekat kedua mata Angel dengan jarak wajah mereka yang hanya satu jengkal saja.

"Denger cici yaa.. Kalo papa kasarin cici itu bukan karna kesalahan dede, tapi itu bagian dari kewajiban cici yang harus selalu melindungi adiknya. Bunda udah ngasih amanah ke cici kalo cici harus sama dede terus, temenin dede selalu, dan jagain dede sebaik mungkin"

"Cici udah janji sama almarhum bunda, sayang. Jadi cici mohon dede jangan pergi yaa" Ungkap Shani dengan mengusap air mata Angel yang terus menetes membasahi kedua pipinya

Angel memejamkan matanya merasakan usapan lembut sang cici dan mengecup telapak tangan Shani yang masih mengusap pipinya.

Lalu ia langsung memeluk pinggang Shani dengan kepalanya yang menempel di dada Shani.

"Aku sayang banget sama cici" Ucap Angel

Shani pun mencium pucuk kepala Angel berkali-kali "Cici juga sayang banget banget sama dede"

Karna Angel yang belum juga melepas pelukannya, Shani membawa Angel ke pangkuannya dan ia menyandarkan punggungnya ke board kasur.

Yang dilakukan Shani hanya menyurai rambut Angel tanpa henti yang kepalanya menempel di dadanya.

"Emang aku ga berat ci?" Ucap Angel pelan

"Umm ngga tuh. Cuma emang beda aja sekarang dede krispi nya cici udah tumbuh besar" Balas Shani lalu mengecup kepala Angel

"Mandi dulu gih, cici siapin bajunya" Titah Shani yang langsung dipatuhi oleh Angel

Angel mandi di kamar Shani dan Shani mengambil baju Angel dikamar sebelahnya.

Saat ia akan kembali ke kamarnya, tak sengaja papanya menghampiri dirinya dan mengajak ngobrol.

"Shani" Panggil Arsen

"Apa pah? Papa masih mau suruh Angel pergi dari rumah ini? Shani ga akan pernah membiarkan hal itu terjadi"

"Yaa mau dia pergi ataupun ngga yang pasti jangan sampai dia membawa pengaruh buruk buat kamu. Ah iya, sebenarnya papa cuma mau bilang ke kamu kalo papa ada kerjaan di Kanada selama lima bulan. Nanti sore papa berangkat, selama papa disana kamu urus Angel biar ga semakin berandalan" Ujar Arsen yang memerintahkan Shani

Angel's Rebelians [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang