Erdyn duduk dikursi tunggu sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Jika saja Greesel tak menolongnya, pasti dirinya lah yang ada di dalam sana. Tapi mengapa gadis itu rela mengorbankan nyawanya demi dirinya?
Aran duduk disamping Erdyn dan menggenggam erat bahu Erdyn seolah menguatkan.
Angel panik seraya menggigit kukunya. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil. Mondar-mandir didepan ruang IGD, ponselnya berdering.
"Halo?"
"Freon udah melewati masa kritisnya. Sekarang dia udah sadarkan diri" Ucap Ashel memberitahu
"Syukurlah" Angel menghela nafas sedikit lega
"Lo dimana? Erdyn baik-baik aja kan?"
"Kita di IGD, Erdyn baik-baik aja. Tapi Greesel..." Bibir Angel bergetar. Gadis itu berusaha menahan rasa takut dan tangisnya.
"Lho? Greesel kenapa?"
"Dia ditabrak mobil waktu lagi nolongin Erdyn"
"Sial, gue kesana sekarang" Kemudian panggilan terputus.
Angel mengacak rambutnya kesal. Mengapa peneror mengincar teman-temannya? Dan terlebih lagi anak Dexter? Jika peneror punya masalah padanya, silahkan sakiti dirinya, jangan teman-temannya! Apalagi anak Dexter, mereka tidak seharusnya ikut menjadi target si peneror.
Sekarang sudah tiga orang terdekatnya yang terbaring dirumah sakit. Kecelakaan yang terjadi bukan main-main. Ini benar-benar menyangkut nyawa.
Mulai dari Zee yang hampir menjadi korban tembakan. Ellan yang ditusuk. Freon yang hampir celaka. Lucas yang digebukin. Lalu Greesel yang ditabrak. Tapi Greesel? tidak! Greesel bukan targetnya, karena target orang itu adalah Erdyn.
Ashel tiba dan menepuk bahu Angel pelan. Walau pelan tapi mampu membuatnya terlonjak kaget sebab tadi dia melamun.
"Mending lo keruangan Freon. Tadi Freon gue titip sama Indah. Sedangkan Trian diruangan Lucas" Angel mengangguk lalu melangkah meninggalkan IGD dengan lunglai. Ia terlalu lelah untuk hari ini. Lelah batin dan fisik.
Dijalan Angel mengambil telfonnya untuk menelfon Zee.
"Kenapa, Ngel?" Tanya Zee di sebrang sana
"Lo bisa kerumah sakit? Temenin gue jagain Freon ya? Keadaan makin kacau. Tadi barusan peneror ngincar Erdyn, tapi sayangnya Greesel yang kena. Sekarang Greesel lagi di IGD, kepalanya berdarah"
"Iya bisa, kalau buat lo mah gue selalu bisa Ngel. Kapan sih gue nggak manjain kucing gue?"
"Sialan lo! Gue bukan kucing lo bangsat!" Kemudian Angel mematikan telfon saat Zee tertawa lepas.
.
."Lucas gimana keadaannya, Ndah?" Tanya Freon khawatir
Indah mendongak dari ponselnya menatap Freon. Lalu ia tersenyum tipis. "Lucas baik-baik aja. Tangannya cuma retak. Tapi untuk saat ini dia masih belum sadarkan diri. Kata dokter, Lucas terlalu syok akan hal yang menimpanya. Oleh karena itu perkiraan dokter Lucas bakal cukup lama untuk sadar"
Freon terkekeh mendengar penuturan kata Indah, lalu ia mengangguk. "Lo ngomong udah kayak dokter ngejelasin ke pasien aja. Jelas dan rinci"
Indah ikut terkekeh. "Kan bener lo pasien"
"Tapi lo bukan dokter" Bantah Freon
Indah tertawa. "Doain gue jadi dokter lah. Tadi itu cuma spoiler doang"