Enam Puluh Satu : Memantau

910 99 4
                                    

Hari ini Freon akan pulang setelah mati kebosanan dirumah sakit. Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang antaranya dan dokter, Freon dibolehkan pulang dengan kata lain harus tetap kontrol sekali seminggu demi kesehatannya.

Sekarang ia sudah berada dirumah kediaman keluarga besar Aswangga. Tadinya ia akan langsung ke apartemen saja, teringat akan motor sport kesayangannya yang sudah hancur lebur, Freon terpaksa harus pulang kerumahnya mengambil motor yang lain.

Ia datang tak sendiri, melainkan ada Angel bersamanya.

"Baru kali ini aku diajak kerumah lo" Ucap Angel menoleh pada Freon sesaat.

-Mereka dah ga gue lo lg

Freon berdeham "Percuma juga. Nggak ada siapapun" Ujarnya lalu tersenyum tipis

Angel mengangguk, ia paham. Posisi mereka sama. Hanya saja dengan takdir yang berbeda.

"Aku kesini cuma mau ngambil motor. Kamu mau mampir liat-liat ke dalam atau mau tunggu aku disini aja?" Tawar Freon memberi pilihan.

Angel berfikir sejenak. Sepertinya ia penasaran akan rumah Freon. Pasalnya mereka saat ini hanya berdiri di teras melihat kedalam rumah.

Rumah Freon sangat luas dengan halaman dan tamannya. Bahkan dari gerbang menuju pintu utama saja memakan waktu beberapa menit lamanya.

"Kalau aku mau liat ke dalem, boleh?" Tanya Angel sedikit ragu

Freon mengangguk "Boleh. Tapi mungkin bakal banyak debu atau memang banyak debu. Soalnya nggak pernah bayar orang buat beresin"

Angel kembali mengangguk paham "Iya, nggak masalah"

Freon tersenyum lalu ia berjalan menuju pintu untuk membuka. Kunci rumahnya sengaja ia satu rangkaian dengan gantungan kunci motornya yang lama agar benda itu tidak hilang. Setelah pintu terbuka, ia masuk dengan Angel dibelakangnya.

Awal mereka masuk, Angel sedikit terbatuk akibat debu. Memang sebegitu parahnya mengingat dua tahun rumah ini tidak dihuni dan dibersihkan.

"Kamar aku ada diatas sana" Freon menunjuk letak kamarnya yang dilantai dua. Angel mengikuti arah tunjuk Freon, lalu ia mengangguk.

"Disebelahnya, pintu warna pink kamar Lily, adik aku"

Angel diam menatap beralih pada kamar yang ditunjuk Freon.

"Kamu bebas mau kemana aja, terserah. Kalau nyasar tinggal teriak panggil nama aku. FREONNN.... Atau nggak telfon aku. Aku ke garasi dulu milih motor yang aku mau" Angel tertawa kecil. Terlebih lagi akan ucapan terakhir Freon. Kayak showroom motor aja harus milih.

"Hmm" Ucap Angel malas dengan memutar bola matanya

Selanjutnya Angel berjalan menatap ke seluruh penjuru rumah. Mulai dari dinding yang masih dipenuhi foto-foto keluarga Freon. Properti rumah yang ditutupi oleh kain putih. Tak banyak yang menarik karna semuanya tertutup.

Freon tertawa kecil melihat Angel yang sudah membelakanginya. Berbalik badan, Freon berjalan menuju garasi.

Cukup lama Angel berkeliling hingga satu ruang membuatnya sangat tertarik. Ruang keluarga. Disini banyak foto-foto, mulai dari Freon saat kecil hingga remaja ada disini. Lalu ada foto gadis perempuan yang berumur tak jauh dari Freon, mungkin adiknya.

"Cantik" Gumam Angel menatap foto seorang gadis berponi itu.

Beralih disebelah foto itu, ada Freon saat masih jaman SMP, tebak Angel. Dan ia terkekeh.

"Lucu banget" Tawanya terkikik melihat gaya foto Freon dengan bibir monyong. Angel bergidik ngeri saat tawanya nalag menggema diruangan kosong ini.

Lanjut ke foto berikutnya, Angel melihat ada empat orang (dua wanita paruh baya dan dua pria paruh baya) sedang melempar tawa satu sama lain. Angel mengambil foto itu dan melihat lebih dekat lagi. Ia usap untuk menghilangkan debu pada kaca foto memastikan bahwa itu orang yang ia kenal.

Angel's Rebelians [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang