Melihat jam dinding, sekarang pukul 2 dini hari. Freon terbangun dari tidurnya dan menatap pada Angel yang tertidur dengan tangannya menjadi bantalan.
Freon jadi kasihan. Posisi tidur gadis itu saat ini pasti akan membuat tubuhnya bangun nanti sakit.
Ceklek
Pintu terbuka lalu ditutup dengan pelan. Aran yang baru datang langsung berjalan mendekatinya.
"Ran, pindahin Angel. Kalau gini sampai pagi, badannya bisa sakit" Perintah Freon membuat Aran menatap Angel sesaat. Lalu ia mengangguk.
Freon menatap Aran yang menggendong, membawa Angel pada sofa. Membaringkan tubuh gadis itu perlahan, Aran berusaha sepelan mungkin agar Angel tidak terusik dan bangun dari tidurnya.
Setelah aman, Aran berjalan mendekati Freon dan duduk ditempat dimana Angel tertidur tadi.
Freon masih menatap lekat wajah gadisnya. Hingga ia sadar bahwa wajah yang ia kenal itu tidak terlihat seperti biasanya. Tidak baik-baik saja.
Freon menoleh pada Aran, "Kenapa gue ngerasa Angel kayak capek gitu? Kayak orang banyak beban pikiran" Ujarnya pelan dan terdengar khawatir
Aran tersenyum tipis. Ini yang ia sukai dari Freon. Freon itu sangat teliti.
"Ini yang gue suka dari lo, Ver. Teliti. Pantes lo dipercaya sama anak-anak untuk jadi ketua Dexter"
Freon terkekeh kecil mendengar itu.
"Wajar Angel keliatan capek gitu, karena selama ini dia diteror" Ucap Aran membuat Freon menatap kaget padanya.
"Teror?" Ulang Freon. Aran mengangguk.
"Disatu sisi dia mikirin tentang teror, lalu disisi lain dia khawatir sama lo yang belum kunjung sadar" Freon menatap sedih pada Angel. Seharusnya disaat-saat seperti ini ia menemani bukannya malah semakin membebani.
"Siapa? Siapa yang berani ngelakuin itu sama cewek gue?"
Aran menggeleng "Untuk saat ini kita belum mencurigai siapapun" Ucapnya lemas
Freon menghembuskan nafas kasar "Gue mau besok, gue keluar dari rumah sakit ini!" Tegasnya membuat Aran membuka mata lebar karna kaget.
"Heh! Jangan ngadi-ngadi lu. Itu kepala lo aja masih keperban, anjim. Udah minta pulang aja. Sembuh dulu baru pulang" Protes Aran
"Gue nggak bisa diam aja begini. Gue harus segera tangkap dan habisi orang itu"
"Gue ngerti, tapi masalahnya kesehatan lo juga penting. Kalau nanti lo kenapa-napa, kita juga yang susah. Angel juga bakal sedih" Nasehat Aran mengingatkan.
"Tapi gue-"
"Nggak mudah buat nangkep si peneror. Karna apa? Karna dia main cantik. Disini kita harus menggunakan otak. Salah langkah, kita bisa hancur" Ujar Aran membuat Freon berkerut kening dalam hingga alisnya bersatu.
"Maksud lo?"
"Lo aja udah jadi korbannya. Waktu lo koma, dia sempat kesini dan mencabut alat pernapasan lo. Saat itu Trian sedang pergi ke ruang dokter. Beruntung Trian cepat kembali, lo selamat"
Freon diam tercekat, semengerikan itu permainan peneror hingga mengancam nyawa?
"Lo nggak tau kan? Sebelum lo, Zee yang dia incar. Bahkan kasus kematian ci Shani aja, sepertinya satu orang yang sama"
"Ka Shani? Jadi?"
"Ya, kecelakaan ci Shani udah direncanakan"
Freon terdiam. Banyak sekali hal yang terjadi membuatnya benar-benar tak habis pikir.