Setengah jam sudah lamanya Trian menunggu seorang gadis diparkiran Cakrabuana sejak bel pulang berkumandang. Tapi sampai saat ini tanda-tanda orang yang ia tunggu tidak juga kunjung menampakkan diri.
Mendengus kesal, Trian menyerah dan naik keatas motor berniat akan pergi. Baru saja mesin motor menyala, Trian dengan cepat kembali mematikan lalu mencabut kunci motor dari sana.
Turun dari motor, ia segera menghampiri seseorang yang sudah ia tunggu sedari tadi.
Brak.
"Wait!" Cegah Trian menutup kembali pintu mobil yang sudah dibuka sebelum sang pemilik masuk.
Mengerjap kaget, ia mengelus dada untuk menetralisir degub jantungnya akibat kedatangan tiba-tiba Trian.
"Kenapa?" Tanya gadis itu bingung. Indah.
Trian menggaruk pelipsinya bingung. Ia lupa menyiapkan alasan yang tepat agar gadis didepannya ini tidak curiga.
Berdehem sesaat, Trian tetap dengan posisinya menampilkan muka datarnya. Salah satu tangan ia masukkan kedalam saku celana menambah kesan cool disana.
"Kenapa?" Ulang Indah yang merasa tadi pertanyaannya mungkin tak didengar Trian.
"Kita perlu bicara"
Indah bingung sesaat akan Trian. Namun tak urung juga akhirnya ia mengangguk
"Yaudah, ngomong aja. Ada apa?"
"Nggak disini"
Jujur Indah grogi. Trian itu orangnya dingin banget, irit ngomong dan selalu memasang muka datar. Berbicara berduaan seperti ini membuat ia jadi tak nyaman.
Indah menggaruk lehernya bingung "Terus mau dimana?"
Trian diam sesaat menatap gadis itu. Menghembuskan nafas pelan, akhirnya Trian memutuskan...
"Gue antar pulang, nanti dijalan kita bahas" Tanpa meminta persetujuan dari gadis itu, Trian langsung merampas kunci mobil dari tangan Indah.
"Eh?" Kaget Indah saat Trian merampas kunci mobilnya.
Trian diam saja, lalu ia masuk ke dalam mobil meninggalkan Indah yang masih tak bergerak ditempat.
"Buruan" Perintah Trian tak sabaran dari dalam mobil dengan kaca terbuka setengah
"Iya-iya" Indah menggerutu kesal melihat tingkah aneh Trian. Sedikit berlari memutar mobil untuk duduk dibangku penumpang, Indah bertanya-tanya, ada apa dengan Trian?
"Gue harus hati-hati. Firasat gue nggak enak soal Trian" Batinnya.
Setelah Indah duduk anteng disampingnya, Trian dengan segera menginjak pedal mobil dan pergi meninggalkan Cakrabuana.
Jika saja bukan karena masalah teror dan Trian merasa tertantang untuk memecahkan siapa pelakunya. Ia sebetulnya sangat malas membebani diri dengan ini semua. Terlebih lagi sejak awal ia sudah mulai curiga akan Indah sejak gadis itu berkata, meriset.
Kemudian diliriknya Indah yang duduk diam dengan pandangan lurus kedepan. Dari raut wajah gadis itu terlihat seperti orang.... entahlah, Trian tak bisa membaca raut wajah itu.
"Ekhem.." Trian berdehem kuat memecahkan keheningan diantara mereka membuat Indah dengan cepat menoleh padanya.
"Hm, sebenarnya lo mau ngomong apa ian?" Tanya Indah yang sudah tidak sabaran.
Trian menoleh sesaat pada gadis disampingnya dan menghela nafas pelan "Masalah teror, lo curiga siapa?"
"Well.. sesuai dugaan" Batin Indah tertawa lalu tanpa sadar ia tersenyum licik dan itu ditangkap oleh Trian.