bab 2 : salah nomor

105 8 0
                                    

Hari kedua MPLS para siswa baru diberi tugas untuk mendapatkan tanda tangan kakak kelas. Bukan hanya kakak kelas yang bergabung di OSIS, tetapi kakak kelas yang kemarin sempat tampil di panggung saat acara pembukaan. Salsa tentu saja akan menggunakan kesempatan bagus ini untuk meminta tanda tangan sekaligus meminta nomor Naren, kakak kelas ganteng yang membuatnya mati penasaran.

Setelah mendengarkan penuturan salsa kemarin, ia begitu serius bertekad untuk mencoba menaklukan hati Naren. Inara dan Anin telah berulang kali memperingatkannya untuk tidak bertindak gegabah. Tetapi nampaknya gadis bernama salsa itu sangat keras kepala.

Siang ini, salsa sudah bersusah payah mendapatkan dua puluh tanda tangan yang ditugaskan oleh OSIS.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, tepat pada saat jam istirahat di kantin, kakak kelas yang ia cari-cari pun terlihat tengah bercanda ria dengan teman-temannya di depan warung Abah Jajang.

"Hai kak". Sapa salsa, membuat kelima orang di depannya sontak menoleh.

"Maaf kak ganggu, mau nanya, yang namanya kak Naren yang mana yah, kak?" Tanya salsa. Kelima laki-laki di depannya dengan kompak saling melirik satu sama lain.

"Coba tebak". Ucap seorang laki-laki berwajah bule, membuat salsa semakin kebingungan karena tidak tahu pasti mana Naren yang asli. Kemarin, salsa memang banyak bertanya soal Naren kepada Inara maupun teman-teman seangkatannya yang lain, tetapi sampai detik ini ia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan. Yang ia dapatkan hanya ejekan dan wejangan.

"Salsa gak tau, kak". Ucap salsa kikuk.

"Kalau Lo bisa nebak, nanti di kasih deh". Ucap seoranga laki-laki bule itu.

"Kasih tau aja lah, kak. Salsa disuruh OSIS nih!" Ucap salsa.

"Disuruh apa?" Tanya seorang cowok bermata sipit.

"Disuruh minta tanda tangan kakak kelas, sama nomor WhatsApp juga sih kalo bisa mah". Anggaplah salsa sedang modus.

Detik berikutnya, seseorang bangkit dari duduk dan hendak pergi.

"Kak Naren". Panggil salsa asal menebak. Orang itu kemudian berbalik dan merebut buku tulis yang di pegang salsa, lalu menuliskan sesuatu.

"Ini, tanda tangan sama nomor gue, simpen! Jangan sampe ilang". Salsa tersenyum antusias. Tebakannya benar kali ini. Berbeda dengan Naren, ia tersenyum tipis penuh arti. Tentu saja ia tidak benar benar memberikan nomor nya pada sembarangan orang. Ia asal menuliskan nomor orang lain untuk mengelabui nya.

"Makasih kak". Salsa membungkuk, kemudian pergi dari area kantin.

"Tumben banget Lo ngasih nomor Lo ke orang lain". Ucap Raka setelah punggung gadis itu benar-benar menghilang.

"Bukan nomor gue itu". Ucap Naren.

"Terus? Nomor siapa?" Tanya Bagas.

****
B

el pulang sekolah sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu, tetapi salsa masih tetap anteng di kelas. Selain menunggu parkiran sepi, ia juga sedang menunggu Anin dan Inara yang tidak kunjung datang.

Setelah mendapatkan hal yang diinginkan, salsa tidak akan melewatkan kesempatan. Ia merobek kertas yang berisi tanda tangan Naren lalu mengambil sebuah benda pipih dari dalam saku seragamnya.

"Gimana? Udah dapet berapa?" Tanya Anin yang tiba-tiba datang membuatnya kaget.

"Anying! Bisa gak sih lu berdua gak ngagetin gue?" Ucap salsa. Anin terkekeh mendengarnya.

"Gimana? Dapet gak tanda tangan orang yang Lo mau itu?" Tanya Inara.

"Ya dapet lah". Balas salsa, membuat Inara langsung memasang wajah penuh keheranan.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang