bab 39 : London

42 7 0
                                    

Sabtu pagi, Naren dikagetkan dengan berita keluarnya salsa dari SMA buana. Kalau bukan karena Anin yang heboh setelah membaca salah satu menfess di akun Twitter milik sekolah, ia tidak akan tahu. Naren tak menyangka, Rusdi benar-benar totalitas menjauhkan salsa darinya.

Padahal sekolah satu-satunya tempat dimana ia bisa tahu keadaan gadisnya walaupun hanya bisa dari jauh atau hanya bisa melalui Anin dan Inara yang diam-diam mengirim foto salsa padanya karena preman bayaran Rusdi ada di sekitar gadis itu. Setidaknya, ia masih bisa memastikan keadaan gadisnya baik-baik saja, walaupun seperti ini keadaannya.

Kata orang, jangan meletakkan semangatmu pada seseorang karena jika dia pergi, kamu akan hidup seperti manusia tanpa arah. Naren akui itu benar. Sekarang, ia benar-benar tak punya semangat walaupun hanya untuk sekedar melangkah.

Selain itu, Naren sendiri sebenarnya malas berangkat ke sekolah karena tak mau diberi pertanyaan macam-macam. Berita keluarnya salsa yang secara tiba-tiba membuatnya diserbu pertanyaan oleh banyak orang. Benar saja, baru saja duduk di kelas, telinganya sudah banyak mendengar bisik-bisik tentang dirinya dan salsa. Banyak ucapan sok tau yang ingin sekali Naren tatar habis-habisan, tapi laki-laki itu tidak punya tenaga untuk meladeni orang-orang itu.

"Mencurigakan gak, sih? Masa iya, tiba-tiba keluar tanpa alasan".

"Feeling gue, mereka putus gak sih?"

"Wah, kalo bener sih kesempatan bagus buat gue. Bisa nih gue Pepet si Naren".

"Eh, gue dulu kali".

"Gue dulu".

"Lo bertiga gak usah banyak bacot bisa gak?" Potong Bagas dengan nada dan ekspresi yang terkesan dingin, membuat 3 gadis yang sebelumnya sedang bisik-bisik itu mendadak diam seketika.

Sama halnya dengan yang lain, baik Bagas, panji, Raka, maupun Gerry yang notabenenya sahabat dekat Naren pun tak berani bertanya macam-macam. Mereka sama-sama memilih diam. Melihat Naren yang tiba-tiba murung, tiba-tiba menangis, dan berkali-kali mengaku rindu pada gadisnya, membuat mereka benar benar tidak tega.

Kedatangan Anin dan Inara membuat perhatian keempat anggota comic5 itu pun teralihkan. Anin mendekatkan telinganya pada Bagas seperti hendak membisikkan sesuatu.

"Gak usah bisik-bisik! Ngomong langsung aja sama gue". Ucap Naren sebelum Anin membisikkan sesuatu pada Bagas.

"Salsa...." Ucap Anin.

Gadis itu menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya, seolah tak siap untuk mengatakan hal itu pada Naren. "Dia pergi ke London hari ini".

****

Naren melangkah keluar kelas dengan tergesa-gesa. Ia bahkan lupa izin ke guru piket, saking terburu-buru nya. Ia bahkan tidak sadar jika ada guru yang berteriak memanggilnya. Kakinya melangkah lebar menuju parkiran. Tidak peduli setelah ini dirinya akan dihukum guru BK karena kabur disaat jam pelajaran pertama hendak dimulai. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada salsa.

Menurut kabar yang disampaikan oleh Sarah melalui Anin, salsa dijemput paksa oleh rusdi untuk membawanya ke London. Kata Sarah, Rusdi sudah berkali-kali mengajak salsa untuk ikut ke London bersamanya, namun gadis itu menolak. Akhirnya, laki-laki itu menggunakan alasan ingin menjauhi salsa darinya untuk membawa gadis itu ke London.

Padahal, ia bukan hanya menjauhkan salsa darinya. Ia juga menjauhkan seorang anak dari seorang ibu yang telah membesarkan anak itu selama bertahun-tahun.

Sakit hati, tetapi baik Sarah maupun Naren tidak memiliki power apapun untuk melawan. Laki-laki itu datang seperti penculik dan memaksa anaknya untuk ikut masuk ke dalam mobil. Bahkan Sarah tidak diizinkan untuk sekedar memeluk dan pamitan walau hanya beberapa detik karena dua orang preman bayaran suruhan Rusdi menahan tubuhnya, membuatnya hanya bisa meraung-raung menatap anaknya dipaksa pergi jauh.

Naren memasuki area bandara dengan langkah tergesa-gesa. Ia bahkan tidak peduli orang-orang memperhatikannya karena masih mengenakan seragam SMA. Ia terus meneriakkan nama salsa, sembari langkahnya menyusuri seluruh area bandara, siapa tahu gadisnya mendengar ia memanggil namanya.

"Pak, pesawat dengan penerbangan ke London udah berangkat belum, ya?" Tanyanya pada seorang petugas yang berjaga disana.

"Baru aja take off, mas". Jawab petugas itu.

Tubuh Naren lemas seketika. Badannya meluruh di lantai. Ia menangis sejadi-jadinya dengan posisi kaki di tekuk memeluk lutut. Tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Terlambat sudah.

Banyak penyesalan yang tidak bisa terucap. Semenjak kejadian hari itu, Naren jadi benci hari Minggu. Hari yang seharusnya menjadi waktu berkencan dengan salsa, tetapi keduanya malah dipaksa selesai sebelum waktunya kencan. Rusdi seolah-olah tidak memberinya kesempatan untuk sekedar berpamitan.

"Naren!"

Suara teriakan panji membuat Naren sontak mendongak. Ia menatap mereka yang sedang mengelilinginya satu persatu. Kenapa diantara empat orang di sekelilingnya ini tidak ada salsa?

"Gue terlambat". Ucap Naren.

"Dia udah pergi". Sambungnya lirih, lalu menangis, membuat semua teman-temannya tergerak untuk memeluk laki-laki itu.

"It's okay, laki-laki boleh nangis, kok". Ucap Bagas, berusaha menenangkan sahabatnya itu.

Bagas menghela nafasnya. Akhir-akhir ini sulit sekali mengajak Naren untuk bermain. Laki-laki itu selalu terlihat pura-pura baik-baik saja. Bagas dan teman-temannya ingin menjadi tempat Naren berkeluh kesah. Mereka semua tidak tega melihat Naren menanggung semuanya sendirian.

"Gapapa, nangis aja!" Ucap Raka.

"Lo gak harus selalu terlihat baik-baik aja di depan kita". Sambungnya.

****

Berita perginya salsa ke London tidak hanya mengejutkan Naren, tapi juga Niko kalau bukan karena tidak sengaja melihat menfess di akun Twitter SMA buana. Ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini.

Ia memang ingin melihat Naren dan salsa berpisah. Maka dari itu, ia dengan sengaja mencari tahu fakta tentang masa lalu Yudha dan Rusdi. Ia diam-diam mencari tahu identitas Rusdi, mulai dari nomor telepon dan alamat tempat tinggalnya untuk mendengarkan cerita masa lalu dirinya dan yudha yang kelam langsung dari mulutnya. Lalu sengaja mengacaukan acara jamuan makan malam dua keluarga dengan sengaja mendatangkannya. Tapi bukan akhir seperti ini yang ia inginkan.

Beberapa hari ini salsa memang sulit di hubungi. Begitu pula dengan Sarah. Di chat tidak pernah membalas, di telepon juga tidak pernah di angkat. Ingin menengok langsung ke rumahnya juga gengsi karena gadis itu pasti akan mengusirnya.

"Enggak! Ini bukan akhir yang gue mau". Ucap Niko frustasi. Laki-laki itu merusak semua barang yang ada di apartemennya.

"Gak mungkin dia pergi secara tiba-tiba". Ucapnya frustasi.

Kemudian, ia mengambil sebuah benda pipih dari atas meja. Menelepon Sarah untuk menanyakan perihal salsa yang pergi ke London secara mendadak. Beberapa detik setelahnya, suara seorang perempuan mulai terdengar.

"Halo Tante". Sapa Niko.

"Salsa...."

"Dia di jemput paksa sama papahnya". Ucap Sarah dengan nada yang terdengar lirih.

Niko membulatkan matanya. Ternyata menfess itu bukan hanya sekedar cuitan biasa. Salsa benar-benar pergi ke London tanpa sempat diberi kesempatan untuk pamit kepada siapapun. Kepergiannya ke London yang secara mendadak menimbulkan banyak luka di hati banyak orang.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang