Dari banyaknya ending cerita yang pernah Naren baca dan tonton, ternyata ending kisah cintanya sendiri yang berakhir paling sadis dan tidak bahagia. Mereka harus berpisah tanpa pamit.
Sekarang Naren baru sadar, kenapa akhir-akhir ini sikap gadisnya mendadak berbeda. Kadang tiba-tiba manja, lebih banyak bicara, dan sering mengaku rindu. Namun ternyata, sikap salsa yang awalnya Naren anggap berlebihan itu seolah menjadi petunjuk kalau mereka memang akan dipaksa jauh.
Ada banyak hal yang ingin ia lakukan bersama salsa, tepi semua itu belum terwujud. Seperti kencan di tepi danau, nonton bioskop berdua, main ke Dufan, doubel date dengan Anin dan Bagas, dan masih banyak lagi hal-hal yang ingin dilakukan tapi hubungan mereka harus kandas sebelum semua itu dilakukan dan berakhir menjadi angan-angan saja. Kisah cinta mereka berawal dari salsa yang berjanji akan mendapatkan laki-laki pujaan hatinya dalam 100 hari dan berhasil ditaklukan dalam kurun waktu 84 hari. Dan, kisah cinta mereka juga harus berakhir di hubungannya yang baru berjalan 84 hari.
Naren tak menyangka, seseorang yang selama ini sebagai sosok papah yang awalnya keras tiba-tiba berubah menjadi lembut dan penuh kasih sayang padanya malah kembali menjatuhkan mentalnya. Pohon memang tidak akan tumbang kalau tidak ada angin yang menerpa. Begitu pula dengan manusia, tidak akan ada manusia yang berubah jika tidak ada sebab. Ternyata, berubahnya sikap Yudha dijadikan sebagai alat untuk menebus kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu.
"BAJINGAN!" Teriak Naren marah.
"Maafin papah, nak".
"Maaf? Setelah semua yang papah lakukan hanya itu yang bisa papah lakukan?" Ucap Naren frustasi.
"Ini semua salah kamu!" Yudha yang kini berteriak. "Semua bakalan baik-baik aja kalau kamu gak ngide pertemukan papah sama anak Rusdi".
"Papah udah salah masih nyalahin aku? Udah lah, pah, kalau salah tuh ngaku aja salah! Jangan bisanya cuma ngorek-ngorek kesalahan orang lain buat nutupin kesalahan papah".
Naren benar-benar muak. Bahkan disaat seperti ini pun, Yudha sama sekali tidak merasa bersalah. Yudha Pratama dirgantara justru kembali menjadi sosok laki-laki egois dan keras kepala. Akhirnya, Naren memilih untuk keluar, mencari udaha segar sepertinya akan menetralkan pikiran.
Ia memutuskan untuk berjalan mengelilingi komplek. Saat berjalan melewati rumah salsa, kepalanya mendongak melihat ke arah jendela kamar salsa yang masih terang. Sepertinya gadis itu belum tidur. Awalnya ia ingin masuk dan melihat keadaan gadisnya, namun sepertinya ia harus mengurungkan niat saat orang-orang suruhan Rusdi menatap tak suka ke arahnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk berputar keliling komplek sekali lagi.
Seorang laki-laki datang menghampirinya saat Naren sedang beristirahat di lapangan basket di komplek, membuatnya mendongak.
"Elo?" Itu adalah kata pertama yang Naren ucapkan saat sadar ternyata orang itu adalah Niko.
"Gimana? Suka sama permainan gue?" Ucap laki-laki itu sambil tertawa sinis.
"Jadi, ini semua ulah lo?" Ucap Naren penuh emosi.
"Kalau iya emang kenapa?"
"Bajingan!"
Satu pukulan berhasil mendarat di pipi Niko. Laki-laki itu tak segan untuk membalasnya. Nafas mereka naik turun dengan emosi yang kian membara. Mereka saling menyerang seperti orang kesetanan.
"Belum puas Lo hancurin hubungan gue sama salsa?" Ucap Naren menghardiknya.
"Dia gak bisa jadi milik gue, artinya dia juga gak bisa jadi milik Lo". Ujar Niko balas menghardiknya.
"Emang bener bener bajingan lo, ya!"
"Siapa yang lebih bajingan? Elo atau gue? Lo dari dulu selalu dapetin apa yang Lo mau. Mulai dari kasih sayang dan previllage dari papah, sampe salsa semuanya Lo rebut itu dari gue. Sementara gue? Gue dibuang ke Korea ". Ucap Niko mengungkapkan isi hatinya untuk yang pertama kalinya, membuat Naren melepaskan cengkraman di kerah baju Niko.