bab 36 : pelaku sebenarnya

48 5 0
                                    

Seorang perempuan lengkap dengan Hoodie merah muda dan celana panjang berwarna senada itu terus memperhatikan cowok-cowok comic5 yang sedang berkumpul di warung Mbak Wati. Perempuan itu tak lain adalah salsa. Dia datang diam-diam kesini tanpa sepengetahuan Naren untuk menyelidiki sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak kemarin. Tentu saja ia tidak pergi sendirian, ia pergi ditemani pak Yanto.

Sejujurnya, ia kesini diam-diam bukan karena mencurigai comic5. Namun mencurigai seorang perempuan yang selalu mengikutinya dan Naren belakangan ini. Naren tidak tahu itu dan tidak ingin menceritakannya karena takut membuat laki-laki itu khawatir. Ia tidak tahu siapa perempuan itu karena wajahnya selalu tertutupi oleh masker hitam. Yang jelas, perempuan itu selalu ada disaat mereka sedang berduaan. Bahkan saat malam setelah acara festival dimana Naren dan Niko bertengkar, dan juga hari ini. Perempuan itu nampak ikut duduk menjadi pelanggan baru Mbak Wati yang secara otomatis sedang mendengarkan pembicaraan para anggota comic5. Maka dari itu, malam ini ia memutuskan untuk menyelidikinya. Salsa ingin tau pasti apa motif perempuan itu.

"Tahun depan kita bakal lulus. Comic5 bakal mati kalau gak ada orang berbakat yang sungguh-sungguh jadi penerus kita". Ucap Naren menjadi bagian penutup dari pembicaraan rapat mereka malam ini.

"Ini calon anggotanya gak ada yang modelan gue gitu?" Protes Raka.

"Gak ada, rak. Gak kebayang gue sama adek kelas yang entar jadi leadernya kalau dapet anggota yang sering males malesan kek elo". Ujar Gerry yang sangat mewakili semuanya.

"Maksud gue kok ini pada cakep cakep semua? Mukanya pada kek artis Korea semua. Bikin insecure aja". Protes Raka tidak terima.

"Ya emang Lo nya aja yang kurang cakep". Sahut Panji menekankan kalimat terakhirnya.

"Maksud lo gue jelek gitu?" Ucap Raka.

"Eh, gue gak bilang Lo jelek, ya. Gue cuman bilang Lo kurang ganteng". Sahut Panji.

"Sama aja, nyet!" Balas Raka ketus.

"Jadi orang emang harus sabar, orang sabar pantatnya tiga". Seloroh Bagas lalu terkekeh, dan disambung dengan tawa menggelegar dari teman-temannya.

"Jadi berapa mbak?" Tanya perempuan itu pada Mbak Wati, membuat Naren menoleh singkat karena gerak-gerik perempuan bermasker hitam itu. Namun perhatian laki-laki itu segera teralihkan pada saat Gerry mengajaknya ngobrol.

Salsa menunduk menyembunyikan wajahnya di balik dashboard ketika melihat perempuan itu berjalan pergi menjauhi warung Mbak Wati. "Jalan pak!" Titah salsa. Mobil itu berjalan mengikuti kemana perempuan itu pergi. Hal itu tentu tidak diketahui oleh Naren dan teman-temannya karena sedari tadi gadis itu hanya mengawasi dari jauh, dan bersembunyi di tempat yang jauh dari pandangan mata.

"Berhenti disini, pak!" Ucap salsa usai melihat motor perempuan itu berhenti agak jauh dari tempat mereka.

"Gak mau saya temenin aja?" Tanya pak Yanto. Namun gadis itu menggeleng dan menyuruhnya untuk tetap mengawasi dari mobil.

Matanya bergerilya menatap sekitar. Bangunan di depannya bukan terlihat seperti rumah, ia baru sadar jika kawasan ini adalah gedung bekas SMP pelita sebelum pindah ke gedung baru di tahun 2016. Setelahnya, gedung itu sudah tidak pernah terpakai lagi dan berakhir usang.

Salsa mengikuti langkah kaki perempuan itu yang mulai memasuki gedung tua itu. Kaki salsa berhenti sejenak saat tau tempat itu minim penerangan. Lampu-lampu di gedung itu nampak remang-remang.

"Ayo, Sa! Lo gak boleh takut! Semua ini demi pacar Lo". Gumam salsa menyemangati dirinya.

Berkali-kali salsa mengambil nafasnya dalam-dalam untuk meyakinkan diri sebelum kembali ambil langkah masuk. Ia berhenti ketika melihat perempuan itu sedang cekikikan sendiri.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang