Naren pikir setelah salsa menjauh hidupnya akan terasa lebih tenang. Namun nyatanya tidak. Selain karena terus memikirkan gadis itu, hidupnya semakin dibuat tidak tenang karena Bella secara terang-terangan mendekati Naren. Bahkan perempuan itu jauh lebih agresif dan tidak tahu diri daripada salsa.
Seperti saat ini, gadis itu meminta Naren untuk menemaninya ke Gramedia. Bukan hanya minta ditemani, gadis itu juga meminta laki-laki itu untuk membelikan beberapa buku yang harganya sangat mahal. Untung Naren bukan tipe laki-laki egois, jadi laki-laki itu mau menurutinya walaupun terpaksa. Hal itu membuat Naren semakin tidak suka, perempuan itu sangat tidak tahu malu.
Sama halnya dengan Naren. Bagas, Raka, panji, dan Gerry pun muak melihat hari-hari temannya begitu diatur oleh orang lain. Kalau gadis itu meminta ini dan itu harus dituruti. Kalau tidak, gadis itu akan terus-terusan merengek sampai dituruti. Meskipun Bagas adalah kakaknya, ia sama muaknya seperti temannya yang lain. Sudah beberapa kali laki-laki itu menasehati Bella tapi tetap gadis itu tidak mau menurut. Kadang, Naren sampai melupakan kegiatan band nya. Padahal sebentar lagi mereka harus tampil di festival tahunan sekolah.
Perbedaan Bella dan salsa seperti langit dan bumi. Berbeda dengan Bella yang problematik, salsa jauh lebih sederhana dan menggemaskan di mata teman-teman Naren meskipun mereka sama-sama cewek gila. Bahkan akhir-akhir ini Bagas, Panji, Raka, dan Gerry lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya dengan salsa dan teman-temannya. Sementara Naren hidupnya masih di setir oleh gadis bernama Bella.
"Kak, menurut Lo lebih seru yang ini atau yang ini?" Tanya Bella sembari menunjukkan dua buku novel horror pada laki-laki yang tengah anteng bermain ponsel di hadapannya.
"Gak tau, gue kan gak baca novel". Balas Naren tanpa melirik Bella sedikit pun. Bella tak heran dengan hal itu, kakak kelasnya ini memang cuek.
Bella menghela nafas kasar. Ia menaruh kedua novel itu ke tempat asalnya. Sadar dengan sikap Naren yang menunjukkan ketidaksukaannya membuat gadis itu kesal. Ia berjalan keluar dari Gramedia tanpa membeli buku yang ia inginkan satu pun. Beberapa detik kemudian, ia menoleh ke belakang. Berharap Naren peka lalu mengejarnya. Namun ternyata, laki-laki itu malah berjalan dengan sangat lambat sambil matanya tetap fokus pada ponselnya. Bella kembali masuk dan menghampirinya, lalu menarik laki-laki itu sampai ke area parkiran.
"Loh, gak jadi?" Ucap Naren setelah sampai di parkiran.
"Gak jadi". Ucap Bella kesal.
"Oh, syukur, deh". Ucap Naren merasa senang karena bisa segera bebas dari Bella. Lain halnya dengan Naren yang senang, Bella justru bertambah kesal dengan jawaban laki-laki itu. Ia berharap Naren akan bertanya "loh, kenapa gak jadi?" Dan lain sebagainya walaupun itu hanya sekedar basa-basi saja.
Selesai menemani Bella berkeliling Gramedia sekaligus mengantar gadis itu pulang, Naren memutuskan untuk kembali ke rumah. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Delapan puluh persen tenaganya terkuras hanya untuk menemani Bella seharian. Dua puluh persen lagi tenaganya habis karena sikap Yudha yang sedikit aneh.
Selama seminggu ini, Yudha berada di rumah. Semenjak insiden nilai ulangan harian, pria paruh baya itu lebih ganas dari sebelumnya. Tapi hari ini, pria paruh baya itu nampak tidak peduli dengan keberadaan Naren di rumah. Tidak bertanya habis dari mana? Atau rentetan pertanyaan lain yang membuatnya pusing.
Naren sedikit merasa senang, meskipun rasanya masih aneh. Ia masuk ke kamar niatnya untuk memejamkan mata sejenak, tapi satu notifikasi muncul di ponselnya yang membuatnya penasaran. Ia membuka akun Twitternya dan ada satu postingan yang membuatnya menghela nafas kasar. Yaitu postingan sebuah foto yang diambil oleh Bella di Gramedia tadi yang ternyata pelakunya adalah Bella sendiri. Gadis itu menambahkan emoticon love berwarna biru yang mampu membuat orang-orang berpikir macam-macam.