Bagai disambar petir di siang bolong, itulah yang dirasakan oleh keluarga Yudha dan juga Rusdi. Tidak ada pesta pernikahan, juga tidak ada pesta penyambutan. Yang ada, kini hanya tangis pilu orang-orang yang takut kehilangan. Tadi, mereka masih sempat menikmati pesta yang sudah dirancang sejak lama. Namun, semuanya berlalu begitu cepat. Kini semuanya justru malah meluruh di lantai koridor rumah sakit.
Rusdi dan Sarah terduduk di lantai sambil saling memeluk satu sama lain. Keadaan mereka benar-benar berantakan dan benar-benar hancur. Untuk pertama kalinya dalam hidup, mereka benar-benar berantakan. Sarah lebih baik berpisah ribuan kilometer dari salsa daripada harus tau anaknya mengalami kecelakaan. Ia menangis, sembari memeluk erat kain veil yang berlumuran darah. Ia sakit melihat ini semua.
Yudha menjauh dari yang lain. Ia gengsi kalau harus memperlihatkan sisi rapuhnya kepada orang lain. Tapi, ia juga tidak bisa memaksakan diri di tengah perasaannya yang kacau, gelisah, khawatir, dan juga takut kehilangan.
Ia takut, tuhan akan mengambil titipannya yang baru ia sayangi. Ia takut, tuhan tidak mengizinkan anak bungsunya untuk bertahan. Ia takut tuhan membawanya kembali ke pangkuannya disaat masih banyak hal yang ingin ia perbaiki bersama Naren.
Naren dan salsa mengalami kecelakaan tunggal yang cukup parah. Mobil Naren tidak sengaja menabrak tembok sekolah. Menurut keterangan polisi, ada orang yang sengaja sabotase mobil Naren hingga mengalami rem blong. Untung saja, pelaku bisa dengan cepat di tangkap. Dan ternyata, pelakunya adalah christian yang tidak terima dengan kegagalan pernikahannya.
Rusdi menghampiri Yudha yang sedari tadi memilih untuk menyendiri. Keduanya sama-sama terpukul atas kejadian ini. Mereka tahu betul seberapa kuat cinta kedua anak mereka yang pada akhirnya mereka sama-sama masuk ke ruang IGD.
Keduanya sama-sama bukan orang tua yang baik di mata anak mereka. Dan sekarang, mereka menyesal karena merasa sudah gagal menjadi orang tua yang baik.
"Gapapa, gak ada yang maksa kita buat terlihat baik-baik aja".
"Saya takut, Rusdi...." Lirih Yudha sambil menunduk dalam-dalam, tak berani menatap siapapun yang kini berada di hadapannya.
Rusdi bergerak maju, merangkul satu sama lain untuk saling menguatkan.
"Naren sudah bertahun-tahun hidup tanpa kasih sayang yang sudah seharusnya saya kasih. Saya selalu banding bandingin dia dengan kakaknya, saya selalu menuntut dia untuk sempurna. Dan sekarang saya menyesal". Yudha mencengkram erat pinggiran kursi, perasaannya kini benar-benar campur aduk. Tuhan becanda nya tidak main-main. Saat ia masih ingin memperbaiki semuanya, kini ia malah harus diberi ujian seberat ini.
Sementara itu, di luar area rumah sakit, ada william dan beberapa orang berbadan besar yang sedang menghalau wartawan dan penggemar Naren untuk masuk melihat langsung kondisi di dalam. Mereka berusaha sekuat tenaga agar mereka tidak masuk dan mengganggu pasien, keluarga pasien, tenaga medis, dan juga pegawai lain yang ada di rumah sakit. Perasaan takut juga mendominasi para penggemar Naren. Mereka benar-benar hanya bisa berdoa, agar idola mereka diberi perlindungan oleh tuhan yang maha kuasa.
****
Satu Minggu telah berlalu, Naren dan salsa sudah di pindahkan ke ruang rawat masing-masing, tetapi sampai saat ini, baik salsa maupun Naren keduanya masih belum sadarkan diri. Orang tua, teman, serta William selama seminggu ini selalu datang bergantian menjaga mereka berdua. Sementara Niko, ia tidak bisa ikut menjaga Naren karena ada Bella yang harus ia jaga karena istrinya itu sedang mengandung. Ia takut kalau mereka ikut menjaga di rumah sakit itu akan membuat sang ibu hamil kelelahan dan akhirnya berdampak negatif pada kehamilannya. Anin, Inara, Sarah, Rusdi, Yudha, Bagas, panji, Raka, dan Gerry, mereka dengan setia menunggu kedua sejoli itu bangun dari tidur panjangnya.