bab 21 : hari ke-50

50 8 0
                                    

Saat jam kedatangan murid-murid di SMA buana, Naren dan teman-temannya tidak langsung masuk ke kelas. Mereka semua berniat untuk nongkrong sebentar di depan pos satpam sampai bel masuk berbunyi. Hanya sekedar duduk-duduk sambil mencari pemandangan baru. Namun pemandangan yang kini dilihatnya justru malah membuatnya menyesal telah menerima ajakan teman-temannya. Salsa baru saja turun dari mobil yang tampak mirip dengan mobil milik Niko. Naren mendengus tak suka. Terlebih lagi hal itu menjadi pusat perhatian semua makhluk yang ada di parkiran SMA buana.

Lain halnya dengan Naren, suara gelak tawa Raka, Gerry, Bagas, dan panji terdengar menggema. Melihat Naren sedang cemburu adalah hiburan bagi mereka.

"Lebay!" Cibir Naren setelah melihat salsa melambaikan tangan kepada laki-laki berkacamata yang saat ini sedang berjalan menuju ruang guru.

Bagas, panji, Gerry, dan Raka dapat melihat jelas wajah Naren yang memerah karena terbakar api cemburu. Tangan Naren mengepal cukup kuat.

"Kalo kata dilan, cemburu itu cuma buat orang yang lagi gak percaya diri". Ujar Bagas.

"Dan sekarang leader kita lagi gak percaya diri". Sahut Panji, tak lupa dengan gelak tawa yang menggema.

"Gak jelas Lo!" Naren kembali mendengus tak suka.

"Pagi salsa". Sapa Gerry dan Raka saat salsa lewat tepat di depan mata mereka.

Salsa menghentikan langkah kakinya. Ia tersenyum manis kepada kakak kelas yang baru saja menyapa nya. "Pagi juga kak Bagas, kak Gerry, kak panji, kak Raka". Balasnya dengan nada ceria.

Raka sudah siap menyemburkan gelak tawanya karena gadis itu tidak menyebutkan nama Naren. Namun, sebelum tawanya menggema, ia menahan mulutnya. Jangan sampai niatnya mengerjai Naren malah mempermalukan diri sendiri.

"Yang itu gak di sapa, tuh". Goda Raka sembari menunjuk ke arah Naren.

"Oh, iya, pagi kak Naren". Sapa gadis yang dua tahun lebih muda dari mereka.

"Pagi". Balas Naren singkat.

"Eh, bisa jawab ternyata, kirain lagi sariawan, soalnya gue perhatiin Lo diem terus, na, dari tadi". Sahut Gerry.

"Dia lagi sariawan emang". Timpal panji.

"Tapi sariawan nya bukan di bibir. Tapi di hati". Sahut Bagas.

Jawaban dari Bagas kali ini sukses membuat Raka tidak sanggup lagi menahan gelak tawanya. Ia kelepasan tertawa, tidak peduli dengan wajah salsa yang polos serta dengkusan tidak suka dari Naren, membuat tawanya sontak menyembur begitu saja.

"Gak usah di tanggepin! Mereka emang gak jelas". Naren berbicara tepat di samping salsa, sebelum akhirnya beranjak meninggalkan teman-temannya.

"Iya, kak, gak jelas kayak Lo". Sahut salsa sebelum ikut beranjak masuk ke kelasnya.

Bagas, panji, Gerry, dan Raka juga ikut beranjak menghampiri Naren yang sudah berjalan cukup jauh.

"Kak Naren!" Goda Raka mengikuti gaya bicara salsa yang diimut-imutkan.

"Lebih merdu salsa. Suara Lo kek kucing lagi kawin". Ujar panji.

"SETAN LO!"

Naren mengjembuskan nafas gusar. Nama Salsa terus berputar di kepalanya. Harusnya ia senang salsa menjauhinya, tapi nyatanya, gadis itu justru malah berhasil membuatnya uring-uringan pagi ini.

****

Sudah seharian salsa mendiamkan Naren dan berusaha untuk tidak peduli lagi. Siang ini, di jam istirahat kedua yang seharusnya digunakan untuk latihan atau sekedar berkumpul di ruang musik, gadis itu tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Ruang musik ini jadi terasa lebih sepi karena tidak ada celotehan salsa atau jokes jokes receh yang selalu membuat para anggota comic5 tertawa gemas. Salsa benar-benar menghindari Naren. Bahkan saat berpapasan pun, salsa memilih untuk menghindar dan pergi dari hadapannya. Tentu, hal itu sangat disadari oleh semua makhluk di SMA buana, termasuk Niko dan juga Bella. Bella menggunakan kesempatan ini untuk semakin gencar mendekati Naren, begitu juga dengan Niko yang semakin gencar mendekati salsa.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang