Akhir pekan ini salsa menghabiskan waktunya dengan membantu Sarah membuat kue kering untuk cemilannya. Sarah merupakan seorang single parent itu ternyata diberikan tuhan sebuah kemampuan untuk mengerjakan apa saja demi anak semata wayangnya. Contohnya, hari Senin sampai Sabtu Sarah bekerja sebagai seorang direktur. Di hari Minggu, Sarah adalah seorang tukang kue khusus untuk anaknya. Sarah tidak begitu pandai membuat kue, tetapi karena anaknya yang begitu menyukai kue kering membuatnya ingin belajar membuat kue.
"Kamu istirahat aja, ini tinggal di masukin ke oven aja, kok". Sarah menatap ke arah anaknya.
"Okeee, mah". Ujar salsa.
Salsa melangkahkan kakinya menuju kamar. Saat ini ia sedang sibuk menggambar sesuatu di kertas. Beberapa menit kemudian, ia mengambil kalung strawberry pemberian Naren saat di Jogja. Kemudian, muncul sebuah ide di otaknya. Ia mengambil kertas baru yang masih kosong, dan menggambar sesuatu di atasnya.
Terdapat sebuah gambar strawberry dan juga gambar wajah lima orang pria dengan lima ekspresi berbeda. Lima ekspresi berbeda itu mewakili karakter setiap anggota comic5. Raka dengan ekspresi periang, Gerry dengan ekspresi julid, Bagas dengan ekspresi bahagia, panji dengan ekspresi cengo nya, dan Naren si muka datar. Ia menatap hasil gambarnya yang cukup sederhana, tapi sangat keren. Tak lupa juga ia menuliskan lima nama pria-pria itu di dalamnya.
Beberapa detik setelahnya, ia menatap seluruh area kamarnya yang sangat berantakan, penuh dengan kertas yang berserakan. Ada banyak sekali gambar wajah Naren di antara kertas-kertas itu. Hal itu menggambarkan seberapa ia mencintai laki-laki itu.
Salsa hendak membereskan semua kertas-kertas yang berserakan itu. Tiba-tiba terdengar suara dering dari ponselnya, membuat salsa menghentikan aktivitasnya. Wajahnya mengernyit bingung minat deretan nomor yang tidak di kenalnya. Ia buru-buru mengangkat telpon itu.
"Halo". Sapa salsa.
"Halo, salsa". Terdengar suara berat seorang laki-laki yang sudah lama tidak salsa dengar.
"Halo, salsa, ini....." Ucap pria itu terpotong.
"Ini papah, nak".
Salsa melempar ponselnya ke sembarang arah. Ia nampak bingung dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Gadis itu menampar pipinya beberapa kali sebelum kembali mengambil ponselnya lagi untuk memastikan sesuatu.
"Halo". Sapa salsa.
"Ini papah, sayang". Ucap pria di sebrang sana.
"Papah?" Ucap salsa lirih.
"Iya, nak, ini papah".
Salsa mematikan telpon itu secara sepihak. Tanpa memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk berbicara. Ia masih belum siap untuk berbicara lebih lanjut dengan seorang pria yang telah meninggalkannya selama bertahun-tahun.
Salsa bukan tidak rindu dengan papahnya sendiri. Setiap anak pasti menginginkan keluarga yang lengkap dan sempurna. Salsa tahu dan salsa sangat menginginkan hal itu. Namun, karena dirinya yang sudah ditinggal selama bertahun-tahun membuat sebuah luka besar yang sulit untuk di sembuhkan.
****
Pagi ini langitnya mendung dan sedang gerimis. Pak Yanto tidak bisa datang menjemput karena sedang sakit. Sarah sudah berangkat lebih awal, bahkan sebelum dirinya bangun. Salsa tidak bisa pergi keluar untuk mencari angkutan umum sebagai kendaraannya ke sekolah. Ingin menumpang dengan Anin, tapi tidak enak dengan Bagas yang harus berputar arah untuk menjemputnya. Sementara Inara, gadis itu sangat sulit dihubungi.
Sebuah mobil sport hitam berhenti di depan rumahnya. Salsa memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas orang yang berada di dalam mobil. Kaca kemudi mobil itu terbuka.