bab 28 : hari ke-84

57 8 0
                                    

Darah salsa berdesir saat mendengar kalimat yang meluncur dari mulut Naren dengan sangat mulus. Laki-laki ini pintar sekali memainkan perasaanya. Suhu tubuh salsa memanas ditambah lagi Naren menatapnya dari jarak dekat. "Kak". Salsa jadi kikuk.

"Hm?" Naren menatapnya lembut. Ia hanya sedang menikmati wajah perempuan yang telah membuatnya uring-uringan akhir-akhir ini.

"Lo lagi becanda kan?"

"Nggak". Ucap Naren membuat detak jantung salsa nyaris berhenti sesaat. Tangan besar Naren menangkap tangan salsa lalu mengusapnya lembut. Sentuhan itu membuat jantung keduanya berdetak tak karuan. Perut salsa mendadak panas. Sensasi ibu selalu salsa dapatkan hanya ketika bersama dengan Naren.

"Lo tembak gue ceritanya?"

Naren mendengus. Perempuan itu selalu saja merusak suasana. Padahal Naren sedang mati-matian menahan grogi. "Menurut Lo?"

"Gapapa, kalo gue kasih jawaban nanti, gimana?" Balasan dari salsa membuat Naren terdiam dengan dahi mengernyit.

"Hukuman buat Lo, biar Lo tau rasanya menunggu tuh gak enak! Rasain tuh!" Tanpa ragu Naren mengangguk paham. Mungkin ibu adalah balasan dari apa yang telah Naren lakukan padanya dulu. Naren tahu ia salah dan sangat pantas untuk mendapatkan ini. Lagi pula ini tidak seberapa dengan perjuangan salsa untuk mendapatkan cintanya.

Naren melepaskan tautan tangannya pada salsa. Lalu beralih mengambil beberapa helai anak rambut salsa dan menyimpannya di belakang telinga gadis itu.

"Masuk kamar, gih! Udah malam".

"Lo tau gak? Lo itu cowok terjahat yang pernah gue kenal! Kenapa gue suka sama lo, sih? Kenapa gak sama pak Niko aja gitu yang lebih perhatian, baik, peka sama gue. Malah sukanya sama cowok modelan Lo". Ucap salsa menggerutu kesal.

"Katanya suka, tapi jahat! Lo harus berguru sama kak Bagas, deh, kayaknya". Sambung salsa masih mengomel. Dari sinilah wajah kecut salsa mulai nampak.

"Ngambek?" Tanya salsa sambil mencubit pelan pipi salsa karena gemas.

"Jangan cubit cubit, ih, bukan muhrim". Ucap salsa ketus.

"Lucu".

"Apanya yang lucu?" Jawab salsa.

"Lo yang lucu". Jawab Naren.

"Ekhm ekhm ekhm, uhuk uhuk uhuk". Terdengar deheman keras dari teman-teman Naren yang sebenarnya dari tadi mereka menyimat. Merusak suasana romantis dan merubahnya menjadi canggung.

"Guys, kayaknya mending kita balik aja, deh, kayaknya kita ganggu orang pacaran disini". Ucap panji.

"Eh, ntar dulu, maen balik aja, ini makanan gue belum habis". Ucap Raka.

"Ah elah, udah makan lima piring juga masih belum kenyang aja lo". Ucap panji, membuat semua orang tertawa.

****

Hal pertama yang Bella rasakan ketika memasuki pekarangan rumahnya adalah hening serta banyaknya preman bayarannya yang terkapar lemas tak berdaya di tanah dengan kondisi babak belur parah. "Lo pada ngapain tidur disini? Bangun!" Bentak Bella membuat mereka semua terduduk seraya meringis menahan seluruh rasa sakit di tubuhnya.

"Ampun, bos, misi kita gagal". Ujar preman kepala botak tengah itu.

"Lo nyulik satu cewek aja gak bisa? Heh, kalian itu ada enam! Masa nyulik satu cewek aja gak bisa? Gak becus Lo semua!" Hardiknya menendang kursi kayu di sebelahnya dengan kasar.

"Ampun, bos, tadi ada yang nolongin dia banyak banget".

"Emang gak becus Lo semua".

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang