bab 27 : hari ke-80

54 9 0
                                    

Saat pulang sekolah, Naren dan teman-temannya tidak langsung pulang. Mereka semua berniat berkumpul di rumah Mbak Wati dakan rangka merayakan hari ulang tahun mbak wati yang ke-40. Tentu dalam hak ini mereka sangat antusias, terutama Raka dan Gerry yang katanya berjanji akan menghabiskan lima piring nasi. Jarang sekali mereka bisa berkumpul seperti ini setelah lebih dari dua bulan mereka di sibukkan dengan kegiatan latihan persiapan menuju festival tahunan di sekolah.

"Rak, Lo tau gak? Apa persamaan Lo sama monyet?" Pertanyaan panji pada Raka, sontak membuat semua orang melihat ke arah laki-laki yang tengah memakan kue lapis itu. Mereka sama-sama menunggu lanjutan dari candaan yang akan panji lontarkan.

"Nggak tau". Jawab Raka tetap masih mengunyah kue di tangannya.

"Oh".

Menyadari tak ada lanjutan dari candaan yang sudah Panji mulai, Raka sontak menoleh. "Terus apa, setan?" Raka melempar biji semangka tepat mengenai wajah panji.

Panji yang tengah memakan gorengan itu pun mengaduh. "Apaan?"

"Persamaan gue sama monyet apa?"

"Mau banget di samain sama monyet".

"SETAN!"

Jawaban dari panji sontak membuat semua orang tertawa terbahak-bahak. Di pojok kanan dekat tv, Naren hanya tersenyum tipis.

"Mau ketawa mah ketawa aja, na, gak usah di tahan". Ucap Raka.

****

"Makan roti aja kali ya malam ini?" Gumam salsa bermonolog sendiri. Ia sedang berada di supermarket untuk mengisi kulkasnya yang kosong melompong. Dua hari yang lalu, Sarah lagi-lagi meninggalkannya pergi dinas ke luar kota tanpa meninggalkan bahan masakan sedikitpun sehingga gadis itu mau tidak mau harus keluar rumah sendirian malam-malam begini.

Setelah ia membeli semua kebutuhannya dan hendak kembali pulang, ia tak sengaja melihat tas mewah milik seorang ibu-ibu sedang di tarik-tarik oleh sekelompok orang. Salsa memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Ternyata ibu-ibu yang ia lihat itu adalah Sarah.

"TOLONG!" Sarah berteriak kencang.

"DIAM!"

"Lepasin dia!" Teriak salsa tanpa berpikir ulang.

Sontak gerombolan preman berbadan besar itu menoleh ke arahnya. Salsa menelan Saliva nya. Kali ini ia terlihat panik. Ia berhitung di dalam hati untuk se segera mungkin membawa Sarah berlari.

Satu....

Dua....

Tiga....

Lari....

Dengan jurus langkah seribu, ia berhasil membawa mamahnya lari. Untung saja wanita paruh baya itu masih sanggup menyamai langkah kaki putrinya yang begitu cepat walaupun ada bunyi krete-kretek yang tak lain berasal dari sendi dan tulang di lututnya. Namun sialnya, salsa malah membawa mamahnya ke jalan buntu.

Belum sempat untuk bersembunyi, para preman itu sudah ada di belakang mereka. Laki-laki dengan model rambut botak di tengah itu memandangnya dari atas sampai bawah, membuat salsa semakin ketakutan. "Mau lari kemana, cantik?"

"Lepasin anak saya!" Ucap Sarah sembari memegang balok kayu sebagai senjata pelindungnya. Namun, seorang preman berkepala full botak itu menepisnya. Dan kini, salsa dan Sarah berhasil ditahan oleh dua preman dari enam preman di hadapan mereka.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang