bab 24 : hari ke-63

25 4 0
                                    

Pukul 05.30 WIB. Naren sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah Bella karena perempuan itu merengek meminta untuk di jemput semalam. Naren pastikan hari ini adalah hari terakhirnya menjadi budak yang selalu menuruti apapun kemauan perempuan itu. Ia sudah berpikir matang-matang untuk mengajak Bella bicara agar ia mau menyudahi semuanya dan bersikap bagaimana seharusnya seorang teman.

Naren tak langsung masuk. Ia lebih dulu menghubungi perempuan itu agar menemuinya di teras rumah. Namun, yang keluar dari pintu rumah itu bukanlah Bella, tetapi Bagas yang baru saja bersiap untuk menjemput Anin.

"Jemput Bella, ya?" Tebak Bagas tepat sasaran. Naren mengangguk pelan.

"Gue harap ini yang terakhir". Ucap Naren lemah.

"Sabar, ya". Ucap Bagas menyemangati. Ia paham betul dengan karakter kedua orang itu. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menasehati adiknya dan menyemangati temannya.

"Loh, kak, tumben banget jam segini udah jemput Bella". Ucap seorang gadis yang masih mengenakan piyama pink itu.

"Gue jemput cewek gue dulu ya, bro". Ucap Bagas, lalu tancap gas menuju rumah Anin. Naren mengangguk pelan.

"Udahan, ya, bel". Ucap Naren dengan nada lemah, tetapi terdengar menuntut.

Meskipun terdengar ambigu, namun Bella paham maksud yang Naren ucapkan. Namun, perempuan tidak tahu diri itu memilih berpura-pura tidak paham. Tujuannya kembali ke Jakarta setelah hidup tiga tahun di Jepang adalah untuk mendapatkan laki-laki itu. Namun, dengan kehadiran salsa membuat semua rencananya berantakan total. Maka dari itu, ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan simpati laki-laki itu.

"Loh, kenapa?" Tanya Bella".

Itu adalah pertanyaan paling tidak masuk akal yang pernah Naren dengar. Manusia mana yang bisa tahan dengan orang yang tidak tahu diri di sekitarnya. Belakangan ini Bella sering membuatnya merasa tidak nyaman. Terlebih lagi soal postingan di akun Twitter Bella yang membuat semua orang bisa berpikir yang tidak-tidak dan bahkan menjadi perbincangan hangat di sekolah. Hal itu sangat membuat Naren tidak nyaman. Ia juga bisa membaca dari semua postingan di akun salsa dengan Niko kalau gadis itu sedang melakukan aksi balas dendam. Ia tidak mau menyakiti gadis itu lagi.

Setelah postingan itu viral dimana-mana, baik Bella, Niko, salsa, maupun Naren, keempat orang itu menjadi perbincangan hangat di sekolah sekarang. Banyak orang bertanya-tanya siapa yang sedang menjalin hubungan dengan siapa. Tentu saja hal itu membuat Naren merasa tidak nyaman.

"Gue gak mau nyakitin salsa". Balas Naren.

Bella memalingkan wajahnya. Untuk saat ini, ia tidak mau menaruh rasa kasihan pada siapapun, termasuk salsa. Kalau Bella menaruh rasa kasihan pada salsa, artinya gadis itu harus siap kehilangan Naren, cinta pertamanya.

"Lo aja gak suka sama dia".

Jawaban Bella sukses membuat Naren terkejut.

"Iya, tapi itu dulu sebelum gue menyesali semuanya". Cecar Naren, tak paham dengan jalan pikiran perempuan di hadapannya itu.

"Lo bisa lepasin dia dan jadian sama gue". Ucap Bella.

"Gak bisa". Sahut Naren. Ia semakin tak paham dengan jalan pikiran Bella.

Bella meraih pergelangan tangan Naren agar laki-laki itu mau menatapnya. "Plis, kak, gue butuh Lo".

"Plis, kak". Ulang Bella sebab dari tadi Naren tidak bergeming.

"Gue gak bisa".

****

Salsa berangkat ke sekolah pukul 05.45, saat keadaan komplek masih jauh dari kata ramai. Ia sengaja berangkat pagi untuk menghindari berpapasan dengan Naren meskipun nanti tetap akan bertemu dengannya. Saat baru saja mengunci pintu rumahnya, terdengar bunyi klakson mobil yang memekik telinga. Saat menoleh, ternyata itu adalah suara klakson mobil Bagas yang baru saja menjemput Anin dan kebetulan lewat di depan rumahnya.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang