"Gue duluan, ya". Pamit salsa kepada teman-temannya setelah selesai piket kelas.
Sepanjang koridor, ia tak berhenti tersenyum. Kedua bibirnya bahkan bersenandung pelan, menyanyikan lagu-lagu kesukaannya yang sangat mewakili mood nya hari ini. Namun, raut wajah salsa yang sebelumnya berbinar, kini digantikan dengan kernyitan di dahinya.
"Kak". Panggilnya kepada laki-laki berkacamata yang tengah duduk di atas kap mobil kekasihnya.
Itu bukan Naren. Laki-laki itu belum kelihatan karena harus mengembalikan buku ke perpustakaan.
Niko menoleh. "Mau pulang, ya?" Tanya Niko dan di balas anggukan kecil.
"Pulang bareng gue aja, yuk!" Ajak Niko.
"Duh, kak, sorry, gue udah janji pulang bareng kak Naren, lain kali aja, deh, ya, kak".
Niko meraih pergelangan tangan salsa, membuat gadis itu sontak terkejut. "Kak, lepasin! Gak enak diliat orang". Salsa berusaha melepaskan genggaman tangannya, namun tenaga laki-laki itu lebih kuat darinya.
"Pulang sama gue!" Ucap Niko memaksa.
"Kak, lepasin tangan gue! Nanti kak Naren salah paham". Ucap salsa, barulah Niko mau melepaskan tangan gadis itu.
"Lo berdua jadian?" Tanya Niko.
"Iya, gue udah jadian sama kak Naren". Jawab salsa seadanya.
"Kenapa?" Tanya Niko, membuat salsa mengernyit bingung.
"Kenapa apa?"
"Kenapa Lo sukanya sama Naren? Kenapa bukan sama gue, sa?" Niko bertanya gamang.
Salsa menatap bingung. "Kak, Lo kenapa sih?"
"Gue suka sama lo. Bukannya gue udah pernah bilang?" Ujar Niko.
"Iya, gue tau, tapi...."
Belum sempat salsa menyelesaikan ucapannya, tubuhnya tiba-tiba di tarik oleh seseorang yang membuat dirinya tepat berada di sebelah orang itu. Salsa menatap orang itu.
"Tolong jaga jarak dengan pacar saya!" Ucap Naren masih tenang padahal otaknya sudah panas sejak tadi.
Niko mengangguk beberapa kali. " Oke". Ucap laki-laki itu, kemudian pergi.
Naren menatap salsa datar. Disinilah salsa bisa melihat raut wajah marah laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu menarik tangan salsa untuk masuk ke mobilnya.
"Kak, tadi itu aku..." Ucap salsa terpotong. Ia hendak menjelaskan apa yang terjadi tadi sebelum Naren benar-benar marah padanya.
"Iya, aku liat, kok". Jawab Naren.
Salsa bernafas lega, ia pikir Naren akan salah paham dan marah padanya. Ternyata tidak.
"Jajan es krim dulu, yuk". Ajak Naren.
Salsa mengangguk antusias. "Ayo, kak".
Naren membelokkan motornya ke kiri. Di depan kedai es krim yang menjadi tujuan utama mereka, Naren menghentikan mobilnya. Ia serius ingin membelanjakan salsa es krim apapun yang ia mau karena kata Anin, salsa sangat suka dengan es krim.
Meskipun Naren bilang akan membayar pesanan gadisnya, tapi salsa cukup tau diri dengan tidak membeli es krim yang harganya mahal. Total belanjaan mereka tidak sampai 50 ribu. Selain membeli es krim, mereka juga membeli beberapa cemilan dan minuman kaleng.
Setelah selesai berbelanja, keduanya langsung pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, mereka tidak mengobrol, hanya diam, dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Aku masuk dulu, ya, kak". Ucap salsa.
"Salsa". Panggil Naren, membuat gadis itu menoleh padanya.
"I have something for you". Ucap Naren. Kemudian, laki-laki itu mengeluarkan sebuah benda dari tas nya.