Hari yang di nanti-nanti akhirnya tiba. Aula gedung di hias dengan bunga-bunga putih dan dekorasi berwarna senada yang sangat menenangkan. Semua anggota keluarga, kerabat, dan teman ikut menyaksikan hari yang dipenuhi dengan kebahagiaan ini. Hari ini penampilan salsa jauh lebih cantik daripada biasanya. Gaun bernuansa putih khas pengantin sangat cocok dipakai di tubuhnya. Kain veil serta sebuah mahkota kecil menghiasi kepalanya. Rambutnya yang biasa dibiarkan terurai, kini bentuknya berubah menjadi bulat yang membuat kecantikannya menjadi sangat sempurna.
Acara satu jam lagi akan segera dimulai. Di ruang khusus pengantin, salsa masih berusaha menetralisir degupan jantungnya. Dibantu oleh Sarah, Anin, dan Inara yang sejak awal tidak pernah beranjak satu detik pun darinya.
"Udah, gak usah panik kayak gitu! Semua akan berjalan dengan lancar, kok". Kalimat yang keluar dari mulut Sarah itu berhasil menenangkannya.
"Mamah dulu waktu nikah sama papah gini juga, ya?" Tanya salsa.
Sarah mengangguk. "Setiap pengantin baru sama, semuanya pasti gugup kayak kamu. Tapi pas ijab kabul udah selesai, gugupnya hilang". Ucap Sarah.
"Eh, acara udah mau dimulai, tuh! Siap-siap, gih!" Ucap Inara yang sudah siap mengantarkan sahabatnya menuju aula.
Sementara itu di ruang aula pernikahan, ada Naren yang sedang duduk di meja tempat ijab kabul. Ia tengah menghafal kalimat ijab kabul agar tidak salah nantinya, sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam, guna menetralkan detak jantungnya agar tidak terlalu gugup.
"Kamu udah hafal, kan, apa yang papah ajarin semalam?" Tanya Yudha. Naren mengangguk. Kalimat sakral itu sudah ia hafal di luar kepala. Ia hanya gugup, takut semuanya tidak akan berjalan lancar sesuai dengan ekspektasi nya.
Pukul 08.00, acara pun dimulai. Naren duduk berhadapan dengan Rusdi yang hari ini datang sebagai wali dari pengantin wanita. Juga bersama bapak penghulu dan dua orang saksi yang mengelilingi dirinya. Suasana berubah menjadi khidmat dan hening. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran, lalu disambung dengan ceramah nasihat pernikahan yang disampaikan oleh pak ustad. Setelahnya, acara ijab kabul pun dimulai.
Nafas Naren terdengar berat, wajahnya sedikit tegang namun penuh harapan. Di depan, Rusdi tampak tenang, siap mengucapkan ijab kabul. Semua mata tertuju pada mereka berdua.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Narendra Dirgantara apakah saudara siap melaksanakan ijab kabul?" Ucap bapak penghulu, mengawali prosesi ijab kabul.
Naren mengangguk tegas, tangan yang diletakkan di atas lutut sedikit bergetar, namun hatinya mantap.
"Baik, sekarang Saudara Rusdi, silakan mengucapkan ijabnya."
Rusdi menatap calon menantunya itu dengan tegas namun lembut. Perlahan, dia mengangkat tangan untuk berjabat tangan.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Salsabila alveria binti Rusdi Gunawan , dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar tiga puluh juta dollar dibayar tunai."
Semua tamu undangan yang menyaksikan pun hening, menanti jawaban Naren, sang calon suami. Suasana semakin tegang, lalu dengan suara yang tegas dan jelas, calon suami menjawab.
"Saya terima nikah dan kawinnya Salsabila alveria binti Rusdi Gunawan dengan mas kawin tersebut, tunai."
Suasana tiba-tiba terasa lebih ringan, beberapa hadirin menundukkan kepala mengucapkan syukur. Senyum mulai terbit di wajah Naren dan ayah Rusdi.
"Bagaimana, saksi? Sah?"
"Sah." Ucap kedua saksi dengan serentak.
Hadirin bergemuruh dengan ucapan "Alhamdulillah". Naren menghembuskan nafas lega, sementara dari kejauhan, Salsa terlihat menahan air mata bahagia.
Ucapan kalimat doa yang diucapkan oleh bapak penghulu menjadi akhir dari prosesi ijab kabul.
"Wih, udah jadi bini orang aja ni besti gue". Ucap Anin heboh.
"Gak nyangka nih besti gue akhirnya nikah juga. Bikin iri aja, deh". Ucap Inara.
"Makanya cari pacar, gak bosen apa Lo nge jomblo terus?" Ucap Anin.
"Ucap orang yang udah lama pacaran tapi belum juga dilamar". Balas Inara tak mau kalah.
"Ribut Mulu Lo berdua! Ini kapan gue mau kesana nya?" Protes salsa.
Pintu utama aula terbuka dengan lebar. Menampilkan sosok sang ratu satu hari yang sangat mempesona, membuat siapapun yang melihatnya pasti akan merasa pangling. Salsa berjalan memasuki aula dengan perlahan, dengan ditemani oleh Anin dan Inara yang menggandengnya di kanan dan kiri, serta beberapa orang perempuan yang membantunya mengangkat gaun putih yang menyentuh karpet merah.
Di depan meja ijab kabul, ada Naren yang sudah siap menyambut istrinya itu untuk duduk di sampingnya, mendampinginya untuk menjalani rangkaian akad nikah yang lainnya.
"Kamu cantik banget hari ini". Ucap Naren tulus, membuat salsa tidak bisa menahan senyum. Kalau wajahnya tidak memakai makeup, pipi merahnya pasti sudah terlihat sekarang.
"Kamu juga ganteng banget hari ini". Ucap salsa tulus.
Rangkaian akad nikah dilanjut dengan penandatanganan buku nikah dan dokumen catatan pernikahan yang lainnya. Lalu dilanjut dengan sesi pemasangan cincin kawin di jari masing-masing.
"Eh, gak ada sesi ciuman, nih?" Ucap Raka heboh, membuat Gerry yang berdiri disampingnya tidak tahan untuk tidak mencubit pinggang Raka.
"Aw! Sakit, nyet!" Umpat Raka mengaduh.
"Bisa kagak gak usah bikin heboh di nikahan orang?" Protes Gerry.
"Yeuuuu emang ngapa sih?" Ucap Raka tidak terima.
"Eh, lu berdua bisa gak, gak usah berisik? Malu tau diliatin sama orang-orang". Ucap Bagas yang pusing dengan tingkah laku dua sahabatnya yang kalau heboh tidak tau tempat.
"Eh, bini nya di anggurin aja, tuh? Cium atuh cium". Seru panji heboh, membuat Bagas dan Gerry menoleh tajam.
"Di keningnya aja, ya, gak usah di bibir. Kasian lipstik mahal entar malah rusak". Seru Naren.
Semua orang bersorak heboh saat Naren mencium kening salsa untuk pertama kalinya. Setelah beberapa detik, barulah ia melepas ciumannya.
Hari ini, tanggal dua belas di bulan September, tahun 2024. Semua orang yang berada di ruangan ini menjadi saksi terucapnya kalimat janji suci antara Naren dan salsa dengan tuhan.
Tuhan, semoga kedepannya engkau akan selalu menjaga dan melindungi dua makhluk ciptaan mu yang hari ini telah resmi menjadi pasangan suami istri. Tuhan, tolong jangan ambil kebahagiaan mereka.
****
3 bulan kemudian.
"Udah di cek lagi belum semuanya?" Ucap Naren, sembari tetap fokus memasukkan barang-barang untuk keperluan honeymoon ke dalam mobil.
"Udah, kok". Balas salsa, sambil menggeser koper pink miliknya.
"Skincare kamu? Ntar ngomel-ngomel lagi disana kalau ketinggalan.
"Udah, sayangku....."
"Hati kamu jangan lupa, masih ketinggalan nih di hari aku". Ucap Naren yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari sang istri, membuat Naren terkekeh.
Naren membuka pintu mobilnya. "Silahkan masuk, tuan putri". Ucapnya sembari membungkuk seperti memberi hormat, membuat salsa terkekeh.
"Siap tuan putri?" Ucap Naren.
"SIIIIAAAPPPP".