bab 42 : seratus hari

47 7 0
                                    

Saat ini, Naren sedang ada di warung Mbak Wati setelah sekian lama tidak berkumpul, berhubung semua mantan anggota comic5 itu sedang sama-sama senggang. Setelah enam tahun, tidak ada yang berubah dari warung Mbak Wati. Warung itu masih berupa sebuah kedai dengan meja dan kursi berbahan kayu yang dilengkapi dengan tenda untuk berteduh. Warung itu masih ramai dikunjungi oleh anak-anak muda, khususnya anak SMA yang sedang nongkrong atau berpacaran disana. Hal itu mengingatkan mereka pada masa-masa SMA.

"Waduh, suntuk banget kayaknya pak dokter. Ini, mbak buatin wedang jahe anget". Mbak Wati meletakkan segelas wedang jahe hangat di hadapan panji yang wajahnya berantakan. Bukan hanya wajahnya yang berantakan, tetapi mata laki-laki itu juga sudah terlihat seperti panda akibat sulit dapat waktu tidur yang cukup.

"Wih, mbak wati emang paling pengertian. Top markotop!" Panji mengacungkan jempolnya. "Makasih, ya, mbak".

"Sama-sama. Lagian, lagi nongkrong, kok, malah suntuk? Lagi ada masalah?"

"Alah, paling si panji mah habis di jambak sama emak-emak lagi, kan di rumah sakit?" Sahut Raka yang tengah main catur dengan Gerry. Sedangkan Bagas dan Naren, kedua laki-laki itu sedang sibuk dengan naskah masing-masing.

"Sok tau, Lo!" Sahut Panji. "Gue habis di tatar habis-habisan sama senior gue gara-gara gak fokus pas di ruang operasi". Jawabnya.

"Waduh! Pasti gara-gara kurang istirahat, ya. Saran mbak, sih, banyakin istirahat, mas".

"Pengennya, sih. Tapi tiap kali mau istirahat pasti ada aja yang manggil DOK, ADA PASIEN BARU DI UGD". Ucap panji.

"Enakan si Naren, tuh, dia mah enak kerja nya gak selalu tiap hari kek gue, mana fans nya banyak bener lagi". Sambungnya. "Apa gue beralih profesi jadi aktor aja, ya?"

"Jadi aktor juga gak selamanya enak kali. Kalian kerja di gaji tiap bulan, sementara gue di bayar per adegan pun selalu telat. Jam tidur juga gak menentu kalau lagi syuting. Mau pipis juga harus mohon-mohon dulu ke sutradara". Ucap Naren ikut nimbrung, meskipun matanya masih tetap fokus pada naskah yang di pegangnya.

Mbak Wati dapat melihat terdapat banyak sekali perubahan pada empat anak asuhnya itu yang terlihat semakin sukses dengan pekerjaannya masing-masing. Perempuan paruh baya itu tersenyum bangga. Ia kembali ke tempat karena ada pembeli lain yang meminta dibuatkan kopi.

"Tapi gue mah heran sama Lo, Na. Kenapa sih, dari dulu fans Lo banyak banget?" Ucap Gerry. Laki-laki itu tiba-tiba teringat masa lalu dimana Naren yang memiliki banyak cegil di segala sudut. Dan sekarang, cegil sahabatnya itu semakin bertambah banyak setelah menjadi aktor. Gerry tidak bisa membayangkan bagaimana tidak tenangnya hidup Naren karena memiliki banyak penggemar di setiap sudut.

"Anjing! Sialan!" Umpat Raka karena kalah bermain catur.

"Gue jadi keinget salsa, deh, dia dulu kan awalnya salah satu fans Lo juga, Na". Ucap Gerry tiba-tiba teringat dengan kekasih sahabatnya itu.

"Salsa tuh yang dulu sering mas Naren bawa kesini bukan?" Tanya Mbak Wati setelah selesai melayani pembeli lain. Perempuan paruh baya itu tentu ingat dengan salsa. Dulu waktu SMA, Naren sering membawa gadis itu ikut nongkrong disini. Bukan hanya salsa, Anin, dan Inara pun sering ikut nongkrong disini semenjak bergaul dengan comic5.

"Iya, mbak. Ngomong-ngomong, dia apa kabar ya sekarang?" Tanya panji.

"Eh iya, kemarin waktu pulang dari acara nikahan pak Niko sama Bella, gue sama Anin ketemu sama cewek yang mirip banget sama salsa. Awalnya gue kira salsa udah balik, tapi ternyata tu cewek namanya Lisa". Ucap Bagas.

"Lisa?" Ucap Naren.

"Iya, Lo kenal?" Tanya Bagas.

"Iya, gue ada projek kerjasama jadi brand ambassador produk nya Lisa, kemarin malam gue ketemu sama dia di restoran anggrek". Ucap Naren.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang