bab 15 : hari ke-30

56 9 0
                                    

Sore menjelang malam, salsa, Inara, dan Anin pergi nongkrong di sebuah restoran untuk pertama kalinya. Tentu saja kegiatan mereka tidak hanya makan. Selain makan, tak lupa juga dengan agenda bergosip serta foto-foto untuk keperluan insta story. Mereka baru berhenti saat seorang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.

Ketiga orang itu fokus dengan makanannya masing-masing tanpa ada yang berbicara satu pun. Salsa berdiri setelah menghabiskan makanannya.

"Eh, guys, gue ke toilet dulu, ya". Ucap gadis itu yang diangguki oleh kedua teman-temannya.

Gadis itu pergi ke toilet untuk memperbaiki make up nya sebentar. Saat setelah keluar dari toilet, ia langsung membelalakkan matanya lantaran menyadari seseorang yang masuk bersama beberapa orang berjas hitam ke dalam resto ini. Ia hanya mengenali dua orang di antara orang-orang itu. Ada Niko dan juga Naren. Kedua laki-laki itu samsama memakai jas hitam dan kemeja putih. Rambut Naren dengan sengaja dinaikkan ke atas sehingga menampilkan dahi mulusnya. Sangat tampan, berwibawa, dan juga dewasa. Salsa sampai terpesona melihatnya.

Diam-diam salsa melihatnya dari jauh sebelum kembali ke meja nya. Gadis itu bersembunyi dibalik pintu toilet wanita, mengamati interaksi orang-orang berjas hitam itu. Ia tahu kalau Naren adalah anak dari seorang pengusaha kaya yang juga menjadi pemilik sekolahnya. Tapi yang menjadi pertanyaan di benak salsa adalah, mengapa Niko ada di antara orang-orang itu?

Beberapa detik kemudian, gadis itu ingin kembali ke meja nya. Sialnya, ia harus melewati orang-orang itu untuk sampai di mejanya. Gadis itu menutupi wajahnya dengan tas. Tidak mau Niko dan Naren melihatnya disini.

"Salsa". Sial! Ternyata Naren memanggilnya.

"Salah orang". Ucap salsa tanpa menunjukkan wajahnya.

"Kamu kenal sama orang ini?" Celetuk Yudha, bukan tidak kenal dengan salsa. Ia kenal, tapi berpura-pura tidak kenal. Ia sengaja berucap seperti itu untuk memancing perhatian yang lainnya.

Naren menarik tas itu dari tangan salsa sehingga menampilkan wajahnya yang menyeringai menahan malu. Salsa memberinya kode melalui kedipan mata yang kemudian dipahami oleh Naren.

Naren terdiam sejenak. "Nggak kenal".

"Kenapa gak kenal? Ini kan murid saya yang suka ngejar-ngejar kamu". Ucap Niko yang membuat semua orang jadi penasaran. Entah apa maksudnya Niko berkata seperti itu.

"Masa? Orang kayak Naren gak mungkin mau kan sama perempuan kayak gini? Kamu kalo mau pacaran itu harus sama orang yang berkelas, jangan kayak gini". Ucap seseorang yang terang-terangan merendahkannya. Salsa kembali mengkode Naren agar tidak bertindak yang aneh-aneh.

"Ngomong-ngomong, kamu udah ada pacar? Siapa? Kenalin dong sama kami". Ucap orang itu lagi.

"Mau saya pacaran dengan siapapun itu gak penting". Jawaban Naren sukses membuat salsa terdiam. Orang-orang itu semakin lama semakin mengolok-oloknya.

"Permisi". Ucap salsa dengan senyum terpaksa. Hatinya sesak seakan-akan harga dirinya diinjak-injak oleh mereka.

Gadis itu pergi meninggalkan restoran. Masa bodoh dengan dua temannya yang masih berada di dalam.

"Salsa". Panggilan itu tidak membuat salsa berhenti melangkah. Naren tetap mengejarnya secara diam-diam. Ia menggunakan alasan ingin pergi ke toilet untuk bertemu dengan salsa.

"Salsa, tunggu!" Naren terus memanggilnya, namun salsa berpura-pura tuli.

"Sa, denger sebentar". Naren mencekal tangannya sehingga salsa berhenti dan menoleh.

"Kenapa, kak? Malu, ya ketemu sama orang kayak gue?" Tanya salsa membuat Naren menatapnya sendu.

"Maaf, Sa". Hanya itu yang bisa Naren ucapkan.

100 hari mengejar cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang